Palangkaraya - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah menanggapi keresahan warga terkait kematian Yovanka Windy Marchaniela, 7 tahun, warga Desa Anjir Pulang Pisau, Km 11, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, yang diduga terserang virus Japanese Encephalitis (JE).
"Tidak perlu khawatir dengan adanya virus ini karena bukan daerah reservoir, nyamuknya tidak ada. Nyamuk ini biasanya ditemukan di NTB dan Bali, makanya perlu penyelidikan lanjutan,"kata Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah, Suyuti Syamsul, di Palangkaraya, Selasa, 21 Januari 2020.
Kata dia, untuk memastikan anak itu meninggal karena terkena virus JE, harus dilakukan pemeriksaan serologis atau sejenis pemeriksaan jejak, biasanya cairan tubuh dikirim ke laboratorium terlebih dahulu.
Japanese encephalitis ini memang suatu penyakit radang otak akibat virus. Jika penyakit ini diderita anak, tentu gejala yang terlihat adalah demam tinggi secara mendadak, sakit kepala, dan muntah-muntah.
Apabila sudah parah, anak akan mengalami kejang-kejang, lumpuh hingga koma. Penyakit ini juga bisa menyebabkan kerusakan otak.
Walaupun ada babinya, tapi nyamuknya tidak ada, tidak akan nular.
Sementara itu, pada pasien yang sudah dewasa, gejala umumnya berupa demam tinggi, sakit kepala dan peningkatan tekanan dalam rongga kepala atau intrakranial.
Untuk menguak penyebab kematian Yovanka Windy secara pasti harus dilakukan dilakukan penyelidikan epidemiologis, yaitu apakah yang bersangkutan pernah melakukan perjalanan ke Bali atau NTB. Atau adakah pembawa penyakit dari kedua provinsi ini yang datang ke Pulang Pisau.
Meski ada pembawa penyakit itu, tapi bila tidak ada babi di tempat anak tersebut beraktivitas, maka tidak mungkin virus itu bisa masuk ke dalam tubuhnya. Sebab penularannya dari babi yang digigit nyamuk kemudian mengigit manusia.
"Walaupun ada babinya, tapi nyamuknya tidak ada, tidak akan nular. Begitu juga kalau ada babi dan nyamuknya, tapi manusia pembawanya tidak ada, tidak akan ada masalah,"ujarnya. []
Baca juga: