Jakarta - Kabinet Vietnam menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% tahun depan. Hal ini menandakan kembalinya pola pertumbuhan yang sama seperti yang terjadi sebelum Covid-19, karena ekonomi yang ditopang sektor manufaktur semakin kuat di tengah perlambatan.
Negara di kawasan Asia Tenggara ini memperkirakan ekonomi akan pulih tahun depan. Vietnam juga terkena imbas pandemi yang membuat pertumbuhan mengalami perlambatan. Namun negara ini cepat bangkit dan otoritas menyebutkan pemulihan ekonomi sebagai tujuan utama, seperti pernyataan yang dikutip media domestik, Kamis, 24 September 2020.
Seperti diberitakan dari Forbes, Vietnam, dengan populasi 97 juta, berhasil menurunkan kasus Covid-19 yang dilaporkan menjadi 1.068. Kasus dengan tren menurunkan, memungkinkan sektor ketenagakerjaan, pariwisata dalam negeri, dan layanan dasar untuk terus bergerak pasca penutupan yang berlangsung sejak April lalu.
Saat ini Vietnam disebut-sebut sebagai negara dengan pertumbuhan industri manufaktur yang pesat . Negara ini digadang-gadang bisa menjadi pengganti China di industri manufaktur global.
Di sisi lain, Vietnam juga harus mempertahankan barang-barang manufaktur untuk eskpor. Vietnam menghadapi permintaan yang lemah dari negara-negara pengimpor utama seperti Amerika Serikat.
Vietnam mengalami penguatan pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2012, sebesar 6% atau lebih tinggi setiap tahun. Sebagian besar pertumbuhan disumbang dari kekuatan sektor manufakturnya seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat. Sektor ini mencatat pendapatan sebesar US$ 260 miliar pada akhir tahun lalu.
Para pejabat meminta bank sentral bulan ini untuk mempertahankan kebijakan moneter yang mengendalikan inflasi dan meningkatkan stabilitas ekonomi, VnExpress International melaporkan. Kementerian lain diarahkan untuk mendatangkan lebih banyak modal asing, meningkatkan ekspor, dan merangsang konsumsi domestik, kata laporan itu. []
- Baca Juga: Kasus Corona Turun, Pariwisata Vietnam Kian Memburuk
- "ATM Beras" Saat Karantina Covid-19 di Vietnam