Universitas Oxford Uji Coba Vaksin Covid-19 Melalui Hidung

Para ilmuwan di Oxford University sedang menguji coba vaksin AstraZeneca dalam bentuk obat semprot hidung
Ilustrasi: Ilmuwan Oxford University tengah menguji coba vaksin AstraZeneca dalam bentuk semprot hidung (Foto: voaindonesia.com/VOA)

Jakarta - Para ilmuwan di Oxford University sedang menguji coba vaksin AstraZeneca dalam bentuk obat semprot hidung. Jika terbukti berhasil, obat semprot ini bukan hanya menjadi cara yang lebih mudah diakses dalam menerima vaksin. Pakar medis yang memimpin penelitian itu berharap ini akan memicu respons kekebalan yang lebih kuat daripada suntikan sekarang ini.

Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dalam bentuk baru sedang disiapkan di fasilitas riset medis di Oxford. Di sana pula, Oxford University, berkolaborasi dengan AstraZeneca, setahun silam mengumumkan bahwa vaksin mereka akan memberi perlindungan tingkat tinggi terhadap Covid-19.

Kelegaan dan kegembiraan muncul di berbagai penjuru dunia, dan pada akhirnya jutaan dosis vaksin Covid-19 diluncurkan.

Tapi sekarang ini, vaksin yang diberikan bukan suntikan vaksin Covid-19 biasa. Oxford University telah mengembangkan semprotan hidung yang baru dan ini masih dalam tahap pertama uji coba.

Lyle Hopkins adalah satu dari 30 orang yang menjadi partisipan dalam uji coba tersebut. Setelah menerima semprotan vaksin itu, ia mengatakan, "Jauh lebih baik dari yang saya perkirakan. Saya kira ini akan menggelitik atau semacam itu, tetapi saya hampir-hampir tidak dapat merasakannya .… Rasanya manis, agak manis.”

Uji coba vaksin H1N1Uji coba vaksin H1N1 melalui hidung di Klinik Layanan Kesehatan Mahasiswa di Washington, AS, 19 November 2009 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Hyungwon Kang -UNITED STATES HEALTH)/ilustrasi.

Dr Sandy Douglas adalah seorang ilmuwan klinis dan ketua tim riset di sana. Ia menjelaskan, "Kami memberikan vaksin ini sebagai semprotan hidung ke sejumlah kecil orang. Kami telah memberikannya kepada 30 orang sejauh ini, dan kami melangkah ke tahap uji coba berikutnya, di mana kami akan memberikannya ke 12 orang lagi.”

Lyle telah divaksinasi lengkap, tetapi ia ambil bagian karena para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian itu sangat percaya bahwa meskipun suntikan vaksin asli Oxford University/Astra Zeneca berhasil, masih ada ruang untuk modifikasi.

Douglas menambahkan, "Kami tahu vaksin yang ada sekarang ini berdampak pada penularan virus, tetapi tampaknya vaksin-vaksin itu tidak sama sekali menghentikan penularannya. Mungkin, dengan memberikan vaksin ke hidung, dan dalam menciptakan respons kekebalan di hidung, kita dapat lebih efektif lagi dalam mengurangi penularan. Dan saya pikir manfaat penting lainnya terkait dengan kenyamanan dan ini arah yang berbeda di mana orang merasakan mendapatkan vaksin dengan cara yang berbeda.”

Para sukarelawan berusia antara 18 dan 40 tahun, warga Oxford setempat dan akan diteliti dalam periode empat bulan. Respons sistem kekebalan yang dibangkitkan oleh vaksin akan dipantau. Begitu pula faktor keamanan dan reaksi negatif lainnya.

Meera Madhavan adalah ketua tim riset klinis di Jenner Institute. Ia mengatakan mempelajari respons kekebalan tubuh secara khusus di hidung setelah mendapat semprotan hidung, jelas dapat mengubah cara kita memandang vaksin. Ia menjelaskan, "Masuk akal untuk memikirkan bahwa kita berpotensi divaksinasi melalui jalur infeksinya.”

Jika vaksin ini lolos berbagai uji coba, Dr Sandy Douglas mengatakan semprotan tersebut dapat didistribusikan dalam waktu sekitar setahun lagi (voaindonesia.com). []

Penemu Vaksin Covid Sarah Gilbert Akui Hanya Ingin Berbagi

Unair Surabaya Klaim Temukan Vaksin Tangkal Covid-19

Medali Tertinggi Jerman Untuk Penemu Vaksin BioNTech

Warga Amerika Mungkin Butuh Vaksin Covid-19 Booster

Berita terkait
Inilah 4 Vaksin Covid-19 yang Kemungkinan Diproduksi di Indonesia Mulai 2022
Keempat vaksin tersebut kini sedang diteliti dan menuju pada produksi.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi