UGM Yogyakarta Gelar Sayembara Hujat Pandemi Corona

UGM Yogyakarta mengajak masyarakat ikut sayembara menghujat atau misuh seluk beluk corona. Syaratnya misuh dengan bahasa Jawa.
Brosur sayembera misuh pandemi corona berbahasa Jawa. (Foto: Istimewa)

Yogyakarta - Komunitas Jawa Sastra menggelar Sayembara Misuh Internasional 2020. Acara yang digelar oleh Komunitas mahasiswa dari Sastra Nusantara (Jawa) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta maupun alumni ini untuk mewadahi orang untuk misuh atau mengumpat dan menghujat tentang pandemi Covid-19.

Kegiatan tersebut diadakan mulai dari 8 Juli sampai dengan 7 Agustus 2020. Sayembara Misuh Internasional 2020 mengangkat tema yang diambil adalah #misuhipandemi. Tujuannya untuk mewadahi masyarakat yang ingin melampiaskan kekesalannya terhadap pandemi Covid-19. Kegiatan tersebut juga untuk memberi edukasi hal apa yang patut dan tidak patut diumpat.

Ketua Jawa Sastra Yani Srikandi, mengatakan acara Sayembara Misuh Internasional merupakan bagian dari kebudayaan Jawa. Yang selama ini masyarakat lupakan bahwa misuh adalah sebuah kebudayaan. "Kami menyadari bahwa kebudayaan misuh itu ada dan mengakuinya. Kebanyakan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang besar, sentris, maupun sesuatu yang luhung. Orang melupakan budaya pinggiran bentuk budaya itu (misuh)," kata Yani dalam keterangannya, Senin, 20 Juli 2020.

Perempuan berusia 24 tahun ini mengungkapkan, masyarakat masih menganggap misuh sebagai budaya yang tabu. Padahal sejatinya, budaya misuh sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Jawa. "Kalau dianggap budaya tapi kok kayak gitu, ngisin-isini (malu-maluin). Masa misuh dijadikan budaya," ucapnya.

Pada 2018 lalu, komunitas Jawa Sastra juga menggelar sayembara misuh dengan tema yang diangkat tentang SARA. Saat itu sayembara bertajuk: Misuh Memang Saru, Tapi Jangan Sampai SARA. Sayembaya misuh pertama kalinya itu diikuti ratusan masyarakat dan sukses diselenggarakan.

Kami mencoba mengulang Sayembara misuh dimulai lagi pada 2020 ini dengan mengambil tajuk Misuhi Pandemi. Peserta sendiri dituntut untuk mampu misuh dengan berbahasa Jawa.

"Tahun 2018 kami menerima 166 kiriman video yang terkumpul. Pengirim videonya sendiri ada yang melalui tim maupun individu. Kami ingin mengulang lagi sayembara misuh pada 2019 dengan tema lingkungan atau ekologi. Namun, gagal dilaksanakan karena situasi politik saat itu," ujarnya.

Meskipun gagal menyelenggarakan Sayembara Misuh 2019, Jawa Sastra tidak patah semangat untuk melaksanakan sayembara misuh pada 2020 ini. "Kami mencoba mengulang Sayembara misuh dimulai lagi pada 2020 ini dengan mengambil tajuk Misuhi Pandemi. Peserta sendiri dituntut untuk mampu misuh dengan berbahasa Jawa," kata Yani.

Adapun, teknis pelaksanaan kegiatan sayembara misuh pada 2020 di antaranya; Pertama, individu maupun kelompok membuat video Bahasa Jawa plus misuh dengann durasi maksimal tiga menit. Tidak menerima video yang berbau konten rasis dan seksis.

Hasil videonya sendiri di-upload ke akun masing-masing peserta. Misalnya akun Instagram perseorangan maupun akun Instagram kelompok. "Jangan lupa tag akun Instagram @Jawasastra. Tidak lupa isi deskripsi isi video di caption foto. Jangan lupa sertakan hashtag #misuhipandemi," ucap Yani.

Sampai saat ini, peserta yang sudah membuat video sayembara misuh tahun 2020 bertajuk misuhi pandemi Covid-19 ini sebanyak 10 peserta. Rata-rata yang sudah mengirimkan karyanya adalah masyarakat secara umum bukan hanya dari pemerhati kebudayaan Jawa maupun kalangan akademisi. []

Berita terkait
Aksi Massa di Tengah Pandemi, MUI: Istana Saja Cuek
MUI mendukung demonstrasi menolak RUU HIP dan Omnibus Law meski digelar di tengah pandemi Covid-19.
Wapres: Tawakal Saja Tak Cukup Atasi Pandemi Corona
Wapres Maruf Amien menegaskan pemerintahannya sedang berupaya mengatasi dua dharar yang harus diselesaikan segera: kesehatan dan ekonomi
Kata Psikolog, Kasus KDRT Bahaya Laten saat Pandemi
Psikolog Rumah Sakit Jiwa (RSJ) HB Saanin, Kota Padang mengatakan, kasus KDRT merupakan bahaya laten yang sudah ada sejak dahulu kala.