Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berencana untuk melakukan perkuliahan tatap muka. Namun UGM akan melihat perkembangan pagebluk trennya seperti apa.
"Nanti setelah ujian tengah semester (UTS), kami lihat perkembangannya bagaimana. Setelah itu baru diputuskan," kata Rektor UGM Yogyakarta, Profesor Panut Mulyono pada Senin, 28 September 2020.
Dijelaskannya, masing-masing universitas di Yogyakarta punya satuan tugas (Satgas) Covid-19. Belum lama ini mereka menggelar pertemuan guna menganalisis perkembangan pagebluk ini.
Kemudian satgas akan memberi rekomendasi kepada rektor-rektor terkait dengan pandemi ini. "Sehingga kebijakan perkuliahan baru bisa diambil setelah mendapat masukan dari satgas," kata dia.
Baca Juga:
Meski begitu, hingga kini ia belum mendapat rekomendasinya. "Kalau nanti saya sudah dapat rekomendasinya, baru akan dipikirkan ke depannya seperti apa," ujarnya.
Menurut Panut, jika kuliah tatap muka dilaksanakan pada tahun depan, ada sistem baru saat kuliah berlangsung. Ia mencontohkan, satu kelas yang biasanya diisi 60 mahasiswa, maka tidak semua mahasiswa berada di kelas. "Yang ada di kelas, misalnya sepertiga mahasiswa tapi dosen tetap di dalam kelas," paparnya.
Sementara sisanya mengikuti perkuliahan secara daring atau online. Sebaliknya, mahasiswa yang minggu ini telah mengikuti kuliah secara luring akan belajar secara daring.
Baca Juga:
Namun untuk bisa melaksanakan hal itu, di setiap kelas harus ada kamera yang terhubung ke internet. "Saya desain seperti itu tapi di kelas-kelas belum ada kamera," tambahnya.
UGM Yogyakarta tidak akan memaksakan kuliah tatap muka apabila kondisi pandemi Covid-19 masih mengkhawatirkan. Menurutnya, kesehatan civitas akademik adalah prioritas utama. "Kuliahnya ya tetap daring seperti ini kalau trennya masih naik," katanya. []
