TAGAR.id – Para perwakilan Turki dan Amerika Serikat (AS) mengadakan pembicaraan komprehensif tentang perang di Ukraina dan Gaza serta berbagai masalah bilateral selama pertemuan di Washington, kata menteri luar negeri Turki pada Jumat (8/3/2024) malam.
Sekutu-sekutu NATO tersebut memulai pertemuan, yang dinamakan Mekanisme Strategis, pada Kamis (7/3/2024) untuk membicarakan cara-cara mengatasi perbedaan kebijakan dan meningkatkan kerja sama di bidang lain.
Hubungan antara kedua negara sekutu tersebut mengalami ketegangan dalam beberapa tahun terakhir terkait beberapa isu, meskipun momentum positif mulai tercipta setelah Ankara menerima tawaran dari Swedia untuk bergabung dengan NATO.
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan para pejabat dari kedua negara tersebut mengadakan beberapa putaran diskusi mengenai berbagai topik termasuk Suriah, Ukraina, Gaza, kerja sama industri pertahanan, energi, dan kontraterorisme.
"Pada saat ini, terutama mengingat titik yang telah kita capai, dengan psikologi yang diperbarui, agenda yang lebih positif, kita memiliki kesempatan untuk melanjutkan perjalanan kita dengan membuka halaman baru," katanya kepada media Turki di Washington.
“Sambil menangani permasalahan yang kita hadapi saat ini, penting juga untuk menyadari potensi bersama yang dapat diciptakan kedua negara dan peluang yang dapat mereka bawa,” ujarnya.
Fidan mengatakan dia menegaskan kembali pandangan Turki mengenai perlunya segera dilakukan gencatan senjata jangka panjang di Gaza. Ankara juga menekankan perlunya negara-negara berbuat lebih banyak untuk meringankan bencana kemanusiaan dan membuka jalan bagi solusi dua negara.
Dia juga membahas cara-cara untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina dengan rekan sejawatnya dari AS Antony Blinken dan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan. Ia menegaskan kembali bahwa Ankara yakin ini adalah waktu yang tepat untuk membahas jalan menuju akhir perang, tetapi Turki tidak melihat kesediaan Kyiv dan Moskow.
“Kami membutuhkan dasar untuk melakukan pembicaraan, agar perang ini berhenti, dan dialog untuk mencegah krisis yang lebih buruk, dan kami menyerukan hal ini,” kata Fidan.
Kedua sekutu tersebut masih berselisih mengenai sejumlah masalah, termasuk akuisisi sistem pertahanan S-400 Rusia oleh Turki dan sanksi yang diberlakukan oleh AS sebagai respons, yang berakibat pada penarikan Turki dari program jet tempur F-35. Selain itu, Turki juga sangat prihatin tentang dukungan AS terhadap kelompok militan Kurdi di Suriah, yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris.
Fidan mengatakan Turki mempertahankan posisinya mengenai Suriah dan mengenai F-35. Ia menekankan Ankara berhak atas jet-jet tersebut sebagai imbalan atas pembayaran dan pekerjaan yang telah dilakukannya sebagai produsen. Dia mengatakan bahwa Turki terbuka untuk membahas masalah tersebut, tetapi Washington perlu "berpikiran terbuka." (ah/ft)/Reuters/voaindonesia.com. []