Tidak Ada Provokasi Korea Utara Jelang Pelantikan Joe Biden

Korea Utara tidak terlihat sedang mempersiapkan provokasi besar pada awal pemerintahan presiden AS terpilih Joe Biden
Bendera nasional Korea Utara dikibarkan di Pyongyang pada perayaan Tahun Baru, 1 Januari 2021. (Foto: voaindonesia.com - KCNA/via REUTERS)

Jakarta – Korea Utara tidak terlihat sedang mempersiapkan provokasi besar pada awal pemerintahan presiden AS terpilih Joe Biden, kata seorang jenderal senior AS di Korea Selatan, di tengah-tengah kekhawatiran Pyongyang dalam waktu dekat akan melakukan uji coba misil atau senjata lainnya.

Kami tidak melihat ada indikator yang menunjukkan akan ada provokasi besar, tapi itu hari ini. Ini dapat berubah pekan depan,” kata Jenderal Robert Abrams, panglima Pasukan AS di Korea (USFK), dalam suatu forum daring hari Selasa, 5 Januari 2021.

Korea Utara menetapkan waktu untuk uji coba penting, termasuk misil balistik atau senjata nuklir, pada sekitar transisi presiden AS, suatu upaya untuk menunjukkan kemampuan militernya dan kemungkinan meningkatkan pengaruhnya dalam perundingan selanjutnya dengan Washington.

robertJenderal Robert Abrams, panglima Pasukan AS di Korea (USFK) (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters)

Tetapi sejauh ini Korea Utara membungkam sejak Biden menang pemilu. Pyongyang malah berfokus pada ekonominya, yang telah terpukul oleh penutupan perbatasan terkait wabah virus corona, sanksi-sanksi internasional yang terus berlanjut, dan banjir besar baru-baru ini.

Pada Oktober lalu, Korea Utara menggunakan parade militer untuk mengungkapkan misil balistik antarbenua yang baru, yang tampaknya dirancang untuk membuat pertahanan misil AS kewalahan. Sebagian kalangan curiga Pyongyang mungkin menguji coba misil dalam beberapa bulan berikutnya.

Abrams mengatakan AS mengawasi Korea Utara dengan cermat selama Kongres Partai ke-Delapan mendatang, suatu pertemuan politik penting yang dapat memberi isyarat mengenai arah kebijakan dalam dan luar negeri Pyongyang.

“Kami semua menunggu untuk melihat apa yang akan muncul dari pertemuan itu. Ada kemungkinan akan muncul berbagai pengumuman kebijakan,” kata Abrams dalam forum yang diselenggarakan Institute for Corean-American Studies (ICAS).

korea utaraPemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un (Foto: dw.com/id)

Abrams mengatakan Amerika Serikat dan sekutunya, Korea Selatan, memiliki “tabung sangat besar yang penuh anak panah yang berbeda-beda” untuk menanggapi, tetapi ia memperingatkan bahwa tidak ada satu jenis tanggapan yang dirancang untuk bisa diberlakukan bagi semua provokasi Korea Utara.

“Kami sangat memperhatikan itu. Kami menanggapi setiap situasi secara terpisah dan dengan analisis yang berhati-hati serta tanggapan yang sesuai. Kadang-kadang respons terbaik adalah dengan tidak melakukan apapun,” ujarnya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan setahun silam ia tidak lagi merasa terikat oleh penghentian sementara yang ia tetapkan sendiri mengenai uji coba nuklir dan misil jarak jauh, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai kembalinya ketegangan besar di Semenanjung Korea.

Namun sejak itu, Korea Utara telah melakukan sejumlah uji coba misil jarak pendek. Meskipun banyak dari peluncuran itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, Presiden AS Donald Trump tidak membesar-besarkan signifikansinya (uh/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Antisipasi Serangan Korut, Jepang Beli Jet Tempur F35 Amerika Serikat, Ini Videonya
Jepang membeli jet tempur F-35 dan rudal Standard Missile 3 (SM-3) Block 2A produksi AS yang dipasang di kapal perang Korsel bersistem pertahanan Aegis.
Jepang Pasang Anti-Rudal Antisipasi Serangan Korea Utara
Jepang akan memasang sistem radar anti-rudal berbasis Aegis Ashore di kapal-kapal perang untuk menangkis rudal yang diluncurkan Korea Utara
Akankah Joe Biden Mengubah Dinamika Hubungan AS-Korea Utara
Kemenangan Joe Biden sebagai Presiden AS diperkirakan para analis akan mengubah dinamika hubungan antara AS dan Korea Utara
0
AS Mulai Terapkan Larangan Impor Barang dari Xinjiang
AS terapkan larangan impor barang produksi dari wilayah Xinjiang, China, kini mulai diberlakukan dengan alasan ada genosida di sana