Untuk Indonesia

Terlalu Dini Mencapreskan Anies Baswedan

Bahkan Jokowi-Ma'ruf Amin pemenang Pilpres 2019 belum dilantik, sudah mencuat isu Anies Baswedan masuk bursa pemilihan presiden 2024.
Anies Baswedan dan Surya Paloh di Kantor DPP Partai NasDem, Jakarta, Rabu (24/7/2019). (Foto: Antara/Fauzi Lamboka)

Oleh: Siti Afifiyah*

Bahkan Jokowi-Ma'ruf Amin pemenang Pilpres 2019 belum dilantik, sudah mencuat isu Anies Baswedan masuk bursa pemilihan presiden 2024. Hal ini dipicu pertemuan Surya Paloh-Anies Baswedan dan isyarat NasDem mendukung Anies dalam Pilpres 2024.

Bahkan jauh sebelumnya ada bisik-bisik kalau Anies Baswedan maju dalam Pilpres 2019, Jokowi bakal terjungkal. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil di tengah masyarakat Indonesia yang tingkat rasionalnya masih rendah. Hal-hal emosional lebih dilihat sebagai pertimbangan dalam memilih seorang presiden.

Tak peduli seberapa banyak hal baik telah dilakukan Jokowi untuk bangsa ini, bisa saja orang-orang memilih Anies Baswedan karena menilainya lebih Islam misalnya. Atau alasan-alasan lain yang tidak bisa dicerna nalar.

Karena itulah pada waktu itu muncul bisik-bisik Anies Baswedan jangan sampai masuk bursa Pilpres 2019. Seperti semua tahu, Prabowo-Sandi maju dan Jokowi-Ma'ruf menang.

Partai politik sebagai pihak yang melakukan rekrutmen calon pemimpin nasional bisa mencari kandidat yang lebih baik dari Anies Baswedan. Tokoh mumpuni dengan rekam jejak jelas.

Popularitas Anies Baswedan memang tidak bisa dipandang sebelah mata, terlepas kapasitasnya yang meragukan, yang sekadar pandai berkata-kata. Kenyataan bahwa Anies pandai membuai publik. Buktinya dengan caranya ia mengalahkan Ahok dan jadi Gubernur DKI Jakarta. 

Sulit menghapus kenyataan Anies Baswedan yang terkenal dengan 'tenun kebangsaan' ini dalam Pilkada DKI membiarkan dirinya dikelilingi kelompok-kelompok antikeragaman, yang terang-terangan melakukan politisasi agama. Anies tidak melakukan apa-apa bahkan sekadar menyampaikan imbauan. Ia menikmati situasi yang kemudian hari membuatnya menang.

Terlalu dini mencapreskan Anies Baswedan. Masih banyak tokoh lain yang layak dicapreskan, tokoh-tokoh yang sudah menunjukkan kinerja membangun daerah.

Partai politik sebagai pihak yang melakukan rekrutmen calon pemimpin nasional bisa mencari kandidat yang lebih baik dari Anies Baswedan. Tokoh mumpuni dengan rekam jejak jelas.

*Penulis adalah Jurnalis Tagar.id

Baca juga:

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.