Tenaga Kerja Robot, Warga Amerika Lebih Khawatir Ketimbang Antusias

Hasil survei yang dirilis oleh Pew Research Center pada Rabu (4/10) menyatakan, warga Amerika "lebih khawatir daripada antusiasme" tentang mobil tanpa sopir.
MOBIL PINTAR TANPA SOPIR: Otoritas Dubai berencana akan mengoperasikan sistem mobil tanpa pengemudi pada tahun 2030. Perdana Menteri dan Wakil Presiden Uni Emirat Arab, dan Monarki Absolut dari Dubai, Syeikh Mohammed bis Rashid Al Maktoum, pasang target setidaknya mengambil 25 persen dari semua rute perjalanan di Dubai untuk mobil tanpa sopir. (Foto: Ist)

Washington, (Tagar 5/10/2017) – Hasil survei yang dirilis oleh Pew Research Center pada Rabu (4/10) menyatakan, warga Amerika "lebih khawatir daripada antusiasme" tentang mobil tanpa sopir, pengasuh robot, dan masa depan di mana robot-robot dan komputer-komputer melakukan banyak pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia.

Survei yang mewakili secara nasional terhadap 4.135 orang dewasa AS itu menemukan bahwa 72 persen orang Amerika sangat atau agak khawatir tentang kemungkinan tenaga kerja robot yang menggantikan manusia, --lebih dari dua kali lipat pangsa (33 persen) yang antusias dengan prospek ini.

Disebutkan, warga Amerika juga sekitar tiga kali lebih mungkin untuk menyatakan kekhawatiran (67 persen) daripada antusiasme (22 persen) tentang algoritma yang dapat membuat keputusan perekrutan tanpa keterlibatan manusia.

Pandangan-pandangan publik terhadap mobil tanpa sopir dan pengasuh robot agak lebih seimbang: 54 persen orang Amerika mengungkapkan kekhawatiran tentang pengembangan kendaraan otomatis dengan 40 persen mengekspresikan antusiasme, sementara 44 persen antusias dan 47 persen khawatir dengan kemungkinan pengasuh robot.

"Studi ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat waspada terhadap penggunaan mesin untuk menggantikan tanggung jawab manusia dan pengambilan keputusan manusia," kata penulis utama Aaron Smith, salah satu direktur riset di Pew Research Center, dalam sebuah pernyataan.

"Meskipun mereka mengantisipasi beberapa keuntungan dari tren yang berkembang menuju otomasi, mereka khawatir bahwa teknologi-teknologi paling maju sekalipun tidak dapat benar-benar meniru kreativitas dan wawasan manusia," kata Smith.

Survei tersebut menemukan, sebagian besar orang Amerika enggan naik mobil tanpa sopir, menggunakan pengasuh robot, atau melamar pekerjaan yang menggunakan program komputer untuk memilih pemohon, walaupun sebagian besar orang Amerika mengharapkan sebagian besar mobil-mobil di jalan menjadi tanpa pengemudi dalam 50 tahun ke depan.

Hasil survei juga menunjukkan, warga Amerika pada umumnya sangat mendukung kebijakan yang membatasi jangkauan teknologi otomasi, dan yang menempatkan manusia lebih sepenuhnya dalam mengendalikan proses mereka.

"Jika mesin mampu melakukan banyak pekerjaan manusia, 85 persen orang Amerika mendukung mereka untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya atau tidak sehat bagi manusia," tulis survei tersebut.

"Demikian pula, sebagian besar orang Amerika (87 persen) akan menyukai persyaratan bahwa semua kendaraan tanpa sopir memiliki manusia di kursi pengemudi yang bisa mengambil alih mobil jika terjadi keadaan darurat."

Survei juga menemukan, kira-kira tiga perempat orang Amerika (77 persen) menganggap setidaknya agak realistis bahwa robot dan komputer suatu hari nanti dapat melakukan banyak pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia.

Meski begitu, hanya 30 persen yang berpikir sangat atau agak mungkin bahwa pekerjaan atau profesi mereka sendiri akan dilakukan oleh robot atau komputer dalam semasa hidup mereka.

Dan enam persen orang Amerika melaporkan bahwa mereka telah terkena dampak otomasi dalam bentuk pekerjaan atau upah yang hilang, menurut survei tersebut.

Selain itu, banyak orang Amerika menganggapnya sangat atau agak mungkin bahwa pekerjaan seperti pekerja makanan cepat saji (77 persen) dan prosesor klaim asuransi (65 persen) akan digantikan oleh robot atau komputer selama masa hidup mereka, sementara sekitar setengahnya berharap hal yang sama akan menjadi kenyataan pada pekerjaan seperti insinyur perangkat lunak (53 persen) atau petugas hukum (50 persen).

Di sisi lain, sedikit sekali yang memperkirakan bahwa guru (36 persen) atau perawat (20 persen) akan digantikan oleh mesin selama periode tersebut, survei tersebut menambahkan. (ant/yps)

Berita terkait
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.