TAGAR.id, Cambridge, Massachusetts, AS - Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts, AS, berjanji akan mengeluarkan dana sebesar 100 juta dolar AS (setara dengan Rp 1,5 triliun) untuk penelitian dan bertanggung jawab atas perannya dalam perbudakan di Amerika Serikat (AS) pada masa lalu, demikian disampaikan oleh pemimpin Harvard pada Selasa, 26 April 2022.
Pihak kampus juga berencana untuk mengidentifikasi dan mendukung keturunan langsung dari puluhan budak yang terpaksa bekerja di kampus Ivy League tersebut.
Rektor Harvard, Lawrence Bacow, mengumumkan pendanaan itu di saat Harvard merilis sebuah laporan baru yang merinci bagaimana lembaga itu telah diuntungkan oleh praktik perbudakan dan juga melanggengkan ketidaksetaraan ras.
Dalam pesannya, Bacow mengatakan banyak pihak akan “terkejut dan terganggu” dengan laporan tersebut, dan ia mengakui bahwa lembaga yang dipimpinnya "telah melestarikan praktik-praktik yang tidak bermoral."
“Akibatnya, saya berpendapat kami punya tanggung jawab moral untuk melakukan apa saja guna menanggapi dampak kerusakan yang masih terus ada dari praktik-praktik bersejarah ini, baik terhadap pribadi tertentu, terhadap Harvard, dan masyarakat kita,” demikian tulis Bacow.
Di samping temuan tersebut, laporan setebal 130 halaman itu juga memuat rekomendasi yang didukung oleh Bacow. Pihak kampus akan mengalokasikan dana sebesar 100 juta dolar AS untuk melaksanakan rekomendasi tersebut, yang mencakup membangun hubungan yang kuat dengan kampus-kampus yang didominasi oleh warga kulit hitam dan memperluas akses pendidikan di wilayah-wilayah miskin.
Rekomendasi tersebut juga mendorong Harvard untuk mengidentifikasi sejumlah keturunan dari para budak yang dulu dipekerjakan dan melibatkan mereka melalui dialog dan dukungan pendidikan. (jm/lt/rs)/Associated Press/voaindonesia.com. []
Sebuah Satgas California Bahas Upaya Reparasi Perbudakan
Komentari Black Lives Matter, Terry Crews Kena Kritik
Mural Black Lives Matter di AS Jadi Korban Vandalisme
Donald Trump Sindir Pendemo Black Lives Matter