Tampil Gaya dan Sehat dengan Sepatu dari Limbah Salak

Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memanfaatkan limbah kulit salak menjadi sepatu yang sarat nilai kesehatan.
Sepatu dari limbah salak karya mahasiswa UNY bisa dijadikan alternatif tampil gaya sekaligus menjaga kaki tetap sehat. (Foto: Dok. Humas UNY)

Yogyakarta - Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memanfaatkan limbah kulit salak menjadi sepatu yang sarat nilai kesehatan. Sepatu yang diciptakan dari kulit dan biji salak ini bisa mempercantik penampilan karena bentuknya yang kekinian sekaligus bermanfaat untuk akupuntur telapak kaki.

Nifta Noor Halimah, Nurul Wulan Sari, Evania Dian Widyastuti, Alfi Meilan Khasanah, dan Hasna Ulfah Edwina, menciptakan sepatu sehat dari limbah salak bukan tanpa alasan.

Banyak orang yang kurang gerak sehingga perlu inovasi untuk membangkitkan kesadaran hidup sehat.

“Kami pilih sepatu kesehatan karena selama ini alas kaki kesehatan biasanya dalam bentuk sandal, seperti sandal refleksi,” ujar Nifta, Rabu, 10 Juli 2019.

Limbah yang digunakan adalah biji dan kulit salak. Selama ini orang tidak pernah menganggap keberadaan biji dan kulit salak. Padahal dengan proses yang tepat, kedua bahan itu sangat bermanfaat.

Artikel lainnya: Empat Kasus Intoleransi Terjadi di Yogyakarta

Sepatu dari limbah salak menggunakan kulit sebagai bahan sepatu dan biji salak, untuk sol sepatu yang dibuat menyerupai alas kaki refleksi atau akupuntur telapak kaki. Ada dua jenis salak yang digunakan untuk pembuatan sepatu sehat ini, yakni salak pondoh dan salak gading.

“Pemakaian kedua jenis salak itu untuk menghasilkan warna yang berbeda, salak pondoh berwarna cokelat tua, sedangkan salak gading lebih kekuningan,” ucapnya.

Hasna menjelaskan pada dasarnya seluruh kulit salak bisa digunakan, baik yang berkualitas baik maupun tidak. Kulit berkualitas baik untuk pembuatan badan sepatu, sedangkan yang tidak baik bisa menjadi bahan ornamen.

Kulit salak yang pas untuk pembuatan sepatu sebenarnya yang layu karena jika masih basah kulitnya getas dan mudah pecah.

Sebelum diproses menjadi sepatu, kulit salak dicuci bersih menggunakan air lalu direndam dengan formalin 0,3 persen selama satu hari. Setelah itu ditiriskan dan dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit dengan suhu 50 derajat Celcius.

Biji salak pun diperlakukan hampir serupa dengan kulit salak. Hanya saja perendamannya menggunakan alkohol selama 20 menit dan waktu pemanasan di dalam oven selama dua hari. Proses tambahan untuk biji salak adalah dicat dengan pernis sampai berkilat.

“Untuk mengaplikasikan kulit salak menjadi badan sepatu ada dua cara, yakni dengan ditekan tanpa mesin pemanas dan menekan menggunakan mesin pemanas,” kata Hasna.

Ia menyebutkan ada perbedaan hasil dari kedua cara itu. Apabila menggunakan mesin pemanas maka bagian badan sepatu akan menimbulkan celah yang harus ditutup dengan material lain, misal tali sebagai aksesoris. Meskipun demikian, kedua cara ini justru bisa menambah variasi model sepatu dari limbah salak. []

Artikel lainnya: Eksodus Maskapai Adisutjipto Yogyakarta ke YIA, Ada Apa?

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.