Syekh Junaid al-Batawi, ulama besar Indonesia, menjadi imam pertama dari Masjidil Haram. Sejak abad ke-19, banyak ulama Nusantara berkiprah di Makkah dan Madinah, namun Syekh Junaid memegang posisi penting ini.
Di puncak kariernya, Syekh Junaid dikenal sebagai "gurunya guru" (syaikhul masyakih) bagi ulama mazhab Syafii dari berbagai penjuru dunia. Gelar ini menunjukkan pengaruh dan keilmuan yang luar biasa, menjadikannya poros silsilah keilmuan di masa modern.
Tahun kelahiran dan wafat Syekh Junaid belum pasti. Sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, menyebutkan ia meninggal pada 1840. Sementara budayawan Betawi, Ridwan Saidi, mengklaim bahwa pada 1894-1895, Syekh Junaid berusia hampir 90 tahun, berdasarkan catatan Snouck Hurgronje, orientalis Belanda yang pernah menyusup ke Makkah.
Syekh Junaid menetap di Makkah selama 60 tahun, sejak 1834. Ia menikah dengan Siti Rohmah dan dikaruniai empat anak. Dua di antaranya laki-laki, Asad dan Said. Salah satu putrinya dinikahkan dengan muridnya, Syekh Mujitaba al-Batawi, sementara putrinya yang lain dijodohkan dengan Abdurrahman al-Mishri.
Banyak ulama berguru kepada Syekh Junaid selama ia berkiprah di Tanah Suci. Di antara mereka adalah Syekh Nawawi al-Bantani (wafat 1897) dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (wafat 1916). Besarnya reputasi kedua tokoh ini menunjukkan betapa tinggi taraf keilmuan Syekh Junaid al-Batawi.