Gus Dur dan Empat Tokoh Islam Moderat Asal Indonesia

Gus Dur dan empat tokoh Islam moderat asal Indonesia ini dikenal hingga kancah internasional.
Mesjid Istiqlal merupakan mesjid terbesar di Asia Tenggara. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Beberapa tokoh pemuka agama Islam asal Indonesia dikenal karena pandangan keagamaannya yang moderat. Bahkan, sosok tersebut dikenal hingga kancah internasional. Berikut Tagar rangkum lima tokoh Islam moderat asal Indonesia.

1. Abdurrahman Wahid

Sosok Presiden ke- 4 Indonesia, Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur dikenal luas sebagai tokoh Islam pluralisme dan menjunjung perdamaian. Sebagai orang yang lahir dan besar di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Gus Dur erat dengan pergerakan dan dakwah Islam.

Dalam menyampaikan dakwah, Gus Dur sering menekankan pendekatan persatuan, perdamaian, dan memberi kesejukan. Dalam sebuah forum pada tahun 2005, Gus Dur pernah mengatakan jika kegiatan jihad yang dilakukan teroris adalah sikap yang keliru dalam memahami Islam.

Tidak hanya dalam kapasitas sebagai ulama, Gus Dur juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan saat menjadi presiden melalui kebijakan yang dikeluarkannya. 

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Gus Dur, seperti peresmian hari libur nasional untuk Tahun Baru Imlek, meresmikan agama Konghucu sebagai agama yang diakui di Indonesia, dan memperbolehkan masyarakat Papua untuk mengibarkan bendera bintang kejora sebagai atribut kultural di wilayah tersebut.

Gus Dur tercatat banyak menerima penghargaan atas jasa-jasanya di bidang kemanusiaan. Beberapa penghargaan tersebut, di antaranya, gelar Bapak Tionghoa oleh komunitas Tionghoa Semarang, penghargaan dari  Simon Wiesenthal Center untuk bidang perjuangan Hak Asasi Manusia, dan gelar Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel pada tahun 2003.

Gus DurGus Dur (Foto: Facebook Rindu Gus Dur).

2. Buya Syafii

Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii merupakan tokoh agama Islam yang dikenal memiliki pandangan yang progresif. 

Buya Syafii seringkali menyuarakan pandangan Islam moderatnya dalam buku. Pendiri Maarif Instutute tersebut mengeluarkan buku berjudul Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. 

Ia pernah menjelaskan jika ada fenomena penggunaan instrumen agama dalam praktik politik praktis. Salah satunya pada saat Pemilihan Presiden 2019.

"Ada kelompok-kelompok yang memakai nama Tuhan untuk tujuan politik. Padahal mereka lulusan Amerika, Eropa, Australia. Memang, kalau sudah masuk politik kewarasan dan rasionalitas bisa hilang. Itu yang terjadi," ujar Syafii dalam sebuah forum diskusi yang digelar di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta pada Minggu, 29 Juli 2018 lalu.

Buya Syafii juga memiliki pandangan ke-Islaman yang selaras dengan prinsip-prisip kebangsaan. Menurut Buya Syafii, hubungan Islam, keindonesiaan dan kemanusiaan harus ditempatkan dalam satu garis dan senapas.

Buya Syafii sering diganjar penghargaan atas jasa-jasanya di bidang kemanusiaan dan pluralisme. Salah satunya penghargaan Tokoh Seumur Hidup atau Lifetime Achievement Award oleh Tahir Foundation pada tahun 2017.

Buya Syafii MaarifMantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menjawab pertanyaan wartawan terkait kondisi kesehatannya di kediamannya, Perumahan Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY. (Foto: Tagar/ Andreas Imung)

3. Mustofa Bisri

KH Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus merupakan salah satu ulama yang sering menyuarakan hubungan ke-Islaman dalam bingkai kebangsaan. 

Dalam bidang dakwah, Gus Mus merupakan salah satu tokoh dari NU yang menggelorakan Islam Nusantara sebagai referensi keislaman masyarakat muslim Indonesia.

Menurutnya, Islam Nusantara merupakan  jawaban atas krisis kemanusiaan yang tengah melanda dunia Islam.  Hal ini ia sampaikan dalam Muktamar NU tahun 2015 di Jombang, Jawa Timur.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah tersebut juga dikenal dengan aktivitas sastra. Selain berdakwah, Gus Mus juga aktif bersyair dan menulis.

Pengaruh Gus Mus dalam bidang dakwah dan budaya tersebut mengantarkan dirinya mendapat penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2015.

Gus Mus Buya SyafiiKiai Ahmad Mustofa Bisri akrab disapa Gus Mus (kiri) bersama Buya Syafii Maarif (kanan). (Foto: Instagram/Ahmad Mustofa Bisri)

4. Quraish Shihab

Quraish Shihab merupakan salah satu cendikiawan muslim yang memiliki pandangan Islam berkemajuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam memberikan ceramah, ayahanda Najwa Shihab ini menggunakan pendekatan yang membumi.

Ia menggunaan pandangan ke-Indonesiaan dalam memahami Islam. Hal tersebut kemudian ia tuangkan dalam sebuah tafsir yang dikenal dengan Tafsir Al Misbah. Bahkan, dalam trilogi buku yang ia tulis dengan judul Islam yang Saya Anut, Islam yang Saya Pahami, dan Islam yang Disalahpahami, ia menyebut bahwa dirinya menganut Islam Nusantara yang berkemajuan. 

Menteri Agama Republik Indonesia ke-16 tersebut juga masuk dalam daftar 500 Tokoh Islam Paling Berpengaruh di Dunia versi The Muslim 500.

Ekstremisme Harus DiobatiProfesor DR HM Quraish Shihab. (Foto: Ist)

5. Ahmad Muwafiq

Ahmad Muwafiq atau akrab disapa Gus Muwafiq merupakan salah satu tokoh NU yang dikenal dengan pandangan ke-Islaman yang moderat. 

Gus Muwafiq merupakan pedakwah yang pernah memberikan tausyiah dalam acara Tausyiah Maulid di Istana Negara pada November 2018 lalu.

Dalam ceramahnya tersebut, Gus Muwafiq memberikan penjelasan yang luas mengenai perjalanan sejarah Islam. Ilmu sejarah Islam merupakan disiplin ilmu yang dipahami Gus Muwafiq. 

Ia juga memahami perjalanan sejarah Islam di Indonesia, mulai awal perkembangan hingga saat ini. 

Gus Muwafiq dapat menjelaskan dengan jelas dan mudah dipahami tentang setiap maksud dan makna filosofis dari setiap ajaran dan anjuran para kiai tentang khas dakwah di nusantara.

Gus MuwafiqGus Muwafiq. (Foto: nu.or.id)
Berita terkait
Wahabi vs Islam Nusantara dalam Pandangan NU
Belakangan ini sering muncul istilah Wahabi di masyarakat, tetapi kelompok yang dilabeli sebagai pengusung aliran Wahabi.
Nahdlatul Ulama Sarankan Tidak Menyebut Kafir untuk Nonmuslim
NU menyarankan tidak lagi menggunakan sebutan kafir kepada nonmuslim.
Kontribusi Gus Dur Kepada Nama Papua
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dinilai dekat dengan warga Papua. Ada kontribusi presiden ke-4 Indonesia itu dalam nama Papua.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.