Sukses Lazio Ternoda Rasisme dan Fasisme dari Fans

Sukses Lazio ke final Coppa Italia ternoda ulah suporter yang berlaku rasis terhadap pemain AC Milan.
Suporter garis keras Lazio berlaku biadab dengan menyanyikan rasisme terhadap pemain AC Milan, Tiemoue Bakayoko dan Franck Kessie, di pertandingan Coppa Italia di San Siro, Kamis, 25 April 2019, dinihari WIB. (Foto: zimbio.com)

Jakarta - Ironis, keberhasilan Lazio mencapai final Coppa Italia ternoda oleh suporter ultras mereka  Suporter garis keras Lazio berlaku rasis terhadap dua pemain AC Milan, Tiemoue Bakayoko dan Franck Kessie. Mereka juga membentangkan banner yang mendukung fasisme. 

Lazio menorehkan prestasi yang cukup mengesankan karena mampu menembus final Coppa Italia untuk ketiga kalinya dalam lima tahun terakhir. Sukses diraih setelah mengalahkan Milan 1-0 lewat gol Joaquin Correa dalam laga di Stadion San Siro, Kamis, 25 April 2019, dinihari WIB. Mereka pun lolos ke final untuk menghadapi Atalanta atau Fiorentina karena unggul agregat 1-0.

Hanya, sukses itu ternoda karena suporternya berlaku biadab. Mereka tak henti-hentinya menyanyikan ejekan terhadap Bakayoko dan Kessie yang bernada rasis. Bahkan ejekan itu sudah bergema saat tim Milan melakukan pemanasan sebelum pertandingan.

"Pisang ini untuk Bakayoko." Demikian ultras Lazio menyanyikan teriakan bernada rasis. Begitu pula saat pemain pinjaman Milan dari Chelsea dan Kessie menguasai bola. Saat membawanya, mereka selalu mendapat cemooh dari suporter tamu. 

Tiemoue BakayokoPemain AC Milan Tiemoue Bakayoko mennjadi sasaran ejekan rasisme yang dilakukan suporter Lazio di pertandingan Coppa Italia, Kamis, 25 April 2019, dinihari WIB. Pertandingan itu dimenangkan Lazio 1-0. (Foto: dailymail.co.uk)

Karena teriakan rasisme dari suporter tak berhenti, panitia pelaksana pertandingan sampai memperingatkan agar menghentikan nyanyian rasisme. Bahkan pertandingan bakal dihentikan bila suporter tidak bisa diam. Bukannya berhenti, suporter malah makin keras mengeluarkan kata-kata rasisme. Kata 'pisang' pun terus keluar dari mulut suporter yang tidak tahu diri itu. 

Peringatan itu memang tidak ada artinya karena panitia pelaksana tak punya hak menghentikan pertandingan. Berdasarkan peraturan pertandingan, hanya petugas keamanan yang bisa menghentikan pertandingan. Itu pun bila terjadi kericuhan.  

Tak hanya berlaku rasis, suporter juga menyerukan dukungannya terhadap fasisme. Tercatat sekitar 50 suporter ultras membentangkan banner bertuliskan, 'Honour to Benito Mussolini'.  Banner itu dibentangkan di jalan dekat Piazzale Loreto sebagai bentuk dukungan terhadap Mussolini yang ironisnya seorang fasis. Di tempat itu, Mussolini yang merupakan diktator fasis terbunuh di Perang Dunia II. 

Petugas pun bertindak cepat dengan menangkap 22 suporter yang dianggap sebagai pelaku aksi membentangkan banner. Mereka yang diamankan, 19 suporter Lazio dan tiga lainnya mengaku sebagai pendukung Internazionale. 

Ironis memang bila ulah rasisme di sepak bola Italia kembali muncul. Sebelumnya, penyerang Juventus Moise Kean menjadi korban rasisme yang dilakukan suporter Cagliari. Kean menjadi sasaran rasisme saat Juve melakoni laga tandang melawan Cagliari.

Parahnya, Kean merupakan pemain tim nasional Italia. Dirinya memang bisa bermain untuk Italia maupun Pantai Gading karena orangtuanya berasal dari negara di Benua Afrika itu. Namun striker berusia 19 ini memilih membela timnas Italia dan dirinya harus menghadapi kenyataan menjadi sasaran rasisme. 

Bek Napoli Kalidou Koulibaly juga menjadi sasaran rasisme. Bahkan dia sudah biasa mengalaminya. Perlakuan itu dialami salah satu andalan Napoli itu sudah sejak berbulan-bulan lalu. []

Baca juga: 

Gagal di San Siro, Gattuso Sebut Milan Memalukan

Correa Bawa Lazio Singkirkan Milan di Coppa Italia

Kalah, Lazio Keluar dari Zona Liga Champions

Milan Taklukkan Lazio, Duel Diakhiri Keributan

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.