Suka Duka Ojek Online Pengantar Makanan

Jaket hijau bertuliskan Go-Jek sudah dipakai Kurnia selama empat tahun terakhir, ia bergabung sebagai ojek online sejak 2015.
Ilustrasi Ojek Online. (Foto: dok. Tagar)

Jakarta - Jaket hijau bertuliskan Go-Jek di bagian punggung itu sudah dipakai Kurnia selama empat tahun terakhir, pria 48 tahun itu bergabung sebagai ojek online (ojol) sejak 2015. 

Sehari-hari, Kurnia berangkat dari rumahnya di kawasan Cipinang ke berbagai tempat di Jakarta, mengantar penumpang melalui layanan Go-Ride, dan menerima layanan pesan antar yang lebih dikenal dengan istilah Go-Food.

Awalnya, Kurnia tertarik dengan layanan Go-Food karena bonus poin yang ditawarkan lebih menguntungkan daripada Go-Ride. Poin yang diraih dari layanan antar makanan bisa memenuhi target untuk klaim bonus. Bahkan bisa mencapai 2.5-4 poin di daerah atau jam tertentu setiap Senin sampai Jumat. Pendapatan sehari-hari bisa mencapai 250 ribu rupiah sehari. 

"Dulu sebelum regulasi baru, Saya bisa sampai 350 ribu rupiah setiap hari kalau ditambah Go-Ride," kata Kurnia kepada Tagar, Senin, 8 Juli 2019

"Saya nggak terlalu antusias lagi kalau mengambil Go-Food karena poinnya kecil flat. Sementara waktu yang saya tempuh untuk mengantar satu orderan lebih lama daripada Go-Ride belum lagi lama kita mengantre juga bisa sampai satu jam," katanya. 

Merujuk pada laman resmi Go-Jek, saat ini poin yang diberikan untuk setiap order bernilai 1.5. Sementara, bonus yang diperoleh dari poin yang dikumpulkan dari 18 poin bernilai Rp 40.000. 

"Kalau sekarang ini, penghasilan harian Saya hanya berkisar Rp 200.000-Rp 250.000 per hari. Itu juga sudah seharian sampai jam 10 malam," ucapnya.

Selain masalah waktu tempuh dan antre, Kurnia mengatakan alasan tidak terlalu tertarik mengambil order Go-Food. Utamanya sering menjumpai konsumen yang bermasalah, seperti order yang dibatalkan atau konsumen tidak bisa dihubungi. 

"Saya sudah 4 tahun nge-gojek, tiap bulan dulu ada aja customer yang bandel. Ada aja tuh yang saya sudah sampai lokasi atau lagi ngantre tiba-tiba di cancel atau udah sampai di alamat yang dituju, pas ngehubungi yang bersangkutan gak bisa. Akhirnya saya cuman punya dua pilihan, klaim ke kantor atau makan sendiri. Biasanya kalau klaim ke kantor itu lama dan ribet. Jadi kalo udah begitu ujung-ujungnya ya saya makan sendiri," ujar Kurnia.

Hal serupa dialami Ovie Kusmanty, pengemudi ojek online asal Medan. Ia membagikan pengalaman lewat laman Facebook pribadinya dan sempat viral. Ovie menuturkan permasalahan yang dihadapi bukan hanya mengantre. 

"Butuh waktu sekitar 20 menit untuk bisa sampai di depan kasir. Bisa jadi lebih lama kalau orang di depanmu belanja banyak. Sampai di kasir, kau baru bisa tau orderan yg diminta customer-mu itu tersedia atau tidak. Kalau dari belakang kau tanya, kasir tidak akan mau menjawab. Takut saatnya kau sampai di depan ternyata stoknya udah habis, padahal tadi dijawab ada," tulisnya di laman Facebook

Tidak hanya itu, resiko pesanan dibatalkan cukup besar, karena makanan yang dipesan tidak tersedia di menu. 

Sementara itu, pengalaman berbeda dibagikan Dicky Zulfiandi, 28 tahun. Bagi pengemudi Go-Jek yang sudah eksis sejak 2017 ini, layanan Go-Food masih menjanjikan untuk penambah poin.

"Saya terbiasa menyusun jadwal layanan yang harus diambil pada jam-jam tertentu. Misalnya, dari jam 6-10 pagi diprioritaskan mengantar orang. Dari situ, sudah bisa mendapat 5-10 poin. Dari jam 11 pagi-4 sore baru ambil lebih banyak Go-Food. Biasanya restoran pesanan itu cenderung lebih sepi dan jalanan tidak macet seperti jam berangkat atau jam pulang kantor," ucapnya. 

"Jadi waktu yang saya jauh lebih efektif. Rata-rata bisa mengumpulkan 20 poin dari 6 jam menerima pesanan Go-Food. Kemudian dari jam 5 sore-8 malam ambil Go-Ride, jam 9 tinggal ambil 2 atau 3 pesanan random yang se-arah jalan pulang ke Utan Kayu. Melalui skema itu, mampu memperoleh Rp. 400.000 setiap hari," ucapnya lagi.

Pengalaman yang hampir sama juga dibagikan Tama Nurdiansyah, seorang pengemudi Grab. Pria yang telah melakoni pekerjaan sebagai pengemudi ojek online sejak April 2019 itu menganggap layanan mengantar makanan masih menguntungkan.

"Sebenarnya layanan pesan antar itu masih cukup menguntungkan tapi ada triknya. Perhatikan, sebelum mengambil pesanan proyeksikan keramaian di restoran yang dipesan, kondisi lalu lintas macet atau tidak dan jarak ke lokasi customer bisa melewati jalan tikus atau tidak,” ujarnya. 

Tama menambahkan, poin yang diraih dari layanan pesan antar Grab-Food jangan dijadikan layanan utama harian pengemudi ojek online, melainkan sebagai layanan pemenuh target bonus.

"Karena poin nganter makanan lebih besar daripada orang, poin antar makanan itu cocok banget diambil waktu mau closing, sekitar jam 10 ke atas. Saya sering diberi uang kembalian, kadang uang tip. Lalu perhitungan bonus di Grab menurut Saya cukup menguntungkan. Dengan skema itu, bisa meraup penghasilan rata-rata sebesar Rp 285.000 setiap hari," ucapnya. []

Berita terkait