Untuk Indonesia

Sugik Sugik di Sekitar Kita

'Saya mantan maling, gak pernah mondok, gak tahu kitab kuning. Trus kenapa?' teriak Sugik Nur, seorang yang dianggap ustaz.
Denny Siregar penulis buku "Tuhan dalam Secangkir Kopi"

Oleh: Denny Siregar*

"Saya mantan maling, gak pernah mondok, gak tahu kitab kuning. Trus kenapa??"

Begitu teriak Sugik Nur, seorang yang dianggap ustaz oleh sebagian pendukungnya, di sebuah masjid saat salat Jumat. Sugik marah ketika ada seorang anak muda dari Ansor NU menginterupsi ceramahnya yang selalu menyesatkan "Islam Nusantara".

Banyak cerita kisah Sugik, yang dulu bangga memakai gelar Gus sebelum namanya, meski bukan anak Kiai. Ia dikabarkan mantan sales MLM dan pemabuk yang sekarang sudah tobat. Sayangnya kisah tobatnya kemudian dicederai dengan sikapnya yang sok ngustad meski ngaji saja belum benar.

Sugik pun "jualan" agama dengan mencoba menggabungkan model Suroboyoan yang terbiasa misuh "Jancok" "Cocotmu" "Matamu picek" dalam ceramah agamanya. Ia ingin punya branding tersendiri dalam panggung entertainnya. Hanya apa yang dia lakukan kontras dengan nilai-nilai agama yang ia sampaikan. Akhirnya yang terjadi adalah perilaku kontroversial.

Sugik merasa cukup dengan dandanan ala padang pasir, hapal beberapa ayat, sedikit bahasa Arab, ia sudah layak disebut ustaz atau penceramah agama. Ditambah dengan sedikit kemampuan memainkan media sosial, maka diundanglah ia ke mana-mana yang hasilnya mengenyangkan perutnya.

Jangan kaget. Banyak model Sugik di sekitar kita. Mereka-mereka yang mencari makan dari jualan ayat-ayat Tuhan dengan sedikit kemampuan. Mereka yang memelihara orang-orang bodoh sebagai jamaah karena lebih mudah dikapitalisasi dengan dogma.

Pada akhirnya, kita harus kembali belajar sejarah, bahwa sesungguhnya iblis dikutuk bukan karena ia melakukan maksiat, melainkan karena ia merasa paling beriman. Dari sana kita bisa mengambil pelajaran bahwa kesombongan dalam keimanan sesungguhnya adalah perilaku iblis yang nyata.

Seruput dulu kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.