Semarang, (Tagar 3/3/2018) – Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman menilai sekolah harus jernih menyikapi dugaan kekerasan di kegiatan OSIS yang berujung pada sanksi pengeluaran dan skorsing sejumlah siswa-siswi kelas XII.
"Saya harus mendalami itu semua. Tapi secara sepintas saya ingin mengingatkan bahwa pendidikan tidak hanya untuk membangun pengetahuan tapi juga kreativitas dan inisiatif anak-anak," tutur dia usai hadir di sebuah acara di Universitas Diponegoro (Undip), Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (3/3).
Karena itu, lanjut Pak Dirman, perlu ada keseimbangan antara pendidikan di dalam kelas dan pendidikan luar kelas, khususnya kegiatan siswa di organisasi sekolah. Ketika terjadi perlakuan yang terlalu keras terhadap aktivitas organisasi siswa maka bisa berdampak pada terganggunya pengembangan kreativitas.
"Jadi ketika terjadi dugaan pelanggaran siswa di aktifitas organisasi harus hati-hati menyikapi. Dan ketika terbukti terjadi bullying atau pelanggaran lain memang harus ada tindakan. Tapi bagaimanapun yang diutamakan harus kepentingan siswa.," bebernya dia.
Pak Dirman mengingatkan seluruh institusi pendidikan harus kembali pada visinya, yakni membangun pengetahuan serta membangun etitut dan perilaku.
"Pengembangan keterampilan kreativitas adalah salah satu cara mereka memperoleh live skill. Dan berorganisasi termasuk bagian pembangunan etitude dan perilaku. Jadi memang harus ada keseimbangan," tegasnya.
Secara keseluruhan, imbuhnya, perlu ada perhatian lebih dari Pemprov Jateng paskakeputusan pengolaan pendidikan menengah sederajat dibawah pengelolaannya. Sebab beberapa tahun terakhir terjadi sejumlah kasus pelanggaran berat yang melibatkan siswa SMA maupun SMK.
"Terlibat narkoba, belum lama ini pembunuhan driver online. Saya rasa, apa yang terjadi ini menjadi alarm bagi kita,” tukasnya.
Diketahui dua siswa SMAN 1 Semarang An dan Af, dikelurkan dari sekolah lantaran diduga melakukan kekerasaan saat kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan pengurus OSIS baru, November 2017. Selain mereka, ada tujuh siswa lain yang kena sanksi skorsing karena dianggap terlibat.
An dan Af dikeluarkan sepihak pada 6 dan 7 Februari lalu tanpa ada upaya klarifikasi dari yang bersangkutan. Keputusan itu ditolak oleh dua siswa dan orang tuanya.
Perlakuan penanganan pelanggaran tersebut beda dengan SMKN 5, Semarang. Dimana dua siswanya yang diduga melakukan pembunuhan terhadap driver online tidak serta merta dikeluarkan. Namun menunggu keputusan hukum tetap dari pengadilan yang menyatakan keduanya memang bersalah melakukan pembunuhan. (ags)