Staf Kedutaan Amerika Diperintahkan Tinggalkan Ukraina

Peringatan Amerika dan negara-negara Barat mengenai kemungkinan perang di Ukraina yang dapat meletus kapan saja
Presiden AS, Joe Biden, berbicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, melalui telepon dari kediaman pribadinya di Wilmington, Delaware, AS, 30 Desember 2021 (Foto: voaindonesia.com - Adam Schultz/The White House via AP)

Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dialog via telepon pada Sabtu, 12 Februari 2022, di tengah-tengah peringatan Amerika dan negara-negara Barat mengenai kemungkinan perang di Ukraina yang dapat meletus kapan saja.

Washington memerintahkan sebagian besar staf kedutaannya untuk meninggalkan Ukraina pada Sabtu, 12 Februari 2022. Sebelumnya, seruan serupa juga ditujukan kepada warga negara AS agar meninggalkan negara itu sesegera mungkin.

Selain itu, sekitar 150 tentara dari Garda Nasional Florida yang berada di Ukraina untuk melatih pasukan Ukraina, juga meninggalkan negara itu karena ancaman invasi Rusia yang meningkat, seperti dikatakan oleh dua pejabat AS kepada Kantor Berita Reuters.

Penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina dan gelombang aktivitas militer telah memicu kekhawatiran bahwa Rusia dapat menyerang. Moskow membantah adanya rencana tersebut.

kedubes as di kiyvKedutaan Amerika Serikat di Kyiv, Ukraina, 24 Januari 2022 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Gleb Garanich).

Presiden Putin meminta panggilan telepon antara para pemimpin dilakukan pada Senin, 14 Februari 2022, kata seorang pejabat Gedung Putih. Namun, Biden ingin melakukannya lebih cepat karena Washington merinci laporan yang semakin jelas tentang kemungkinan serangan Rusia terhadap Ukraina.

Australia, Selandia Baru, Jerman, Italia dan Belanda pada Sabtu, 12 Februari 2022, bergabung dengan negara-negara yang mendesak warganya untuk meninggalkan Ukraina. Washington mengatakan pada Jumat, 11 Februari 2022, bahwa invasi Rusia, termasuk kemungkinan serangan udara, dapat terjadi kapan saja.

Moskow telah berulang kali membantah peristiwa versi Washington, dengan mengatakan pihaknya telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina untuk menjaga keamanan negaranya terhadap agresi yang dilakukan sekutu NATO.

prajurit pemberontak dukungan rusiaPrajurit terlihat di dekat Cillage of Zolote, daerah pelepasan pemerintah dan pasukan pemberontak yang didukung Rusia, di wilayah Ukraina timur Luhansk, Ukraina (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Gleb Garanich)

Rusia, yang menuduh negara-negara Barat menyebarkan kebohongan, mengatakan pada Sabtu, 12 Februari 2022, bahwa pihaknya telah memutuskan untuk "mengoptimalkan" jumlah staf diplomatiknya di Ukraina, karena khawatir akan "provokasi" oleh Kyiv atau pihak lain.

Moskow tidak mengatakan apakah itu berarti pengurangan jumlah staf. Namun ditegasakan bahwa kedutaan dan konsulat di Ukraina terus menjalankan fungsi utama mereka.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan Washington akan menjatuhkan sanksi ekonomi cepat jika Moskow menyerang Ukraina (ah)/Reuters/voaindonesia.com. []

Pasukan Ukraina Latih Sukarelawan untuk Hadapi Perang

Putin Sebut Proposal Macron Terkait Ukraina Realistis

Biden Kuatkan Komitmen Soal Ketegangan Rusia dan Ukraina

Amerika dan Sekutu Siap Siap Hadapi Rusia Jika Invasi Ukraina

Berita terkait
Amerika Akan Lakukan Apapun untuk Bela Integritas Ukraina
Krisis di Ukraina masih jadi perhatian luas seiring tibanya pasukan dan peralatan militer di negara-negara tetangga Ukraina
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)