Sosok Ricky Mahasiswa UGM yang Meninggal Saat KKN

Curahan hati Ibunda Ricky, Mahasiswa UGM yang meninggal KKN-PPM di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ia menceritakan sisi-sisi yang mengiris hati.
Nurul Komariah, ibunda Ricky, memegang foto mendiang anak bungsunya yang meninggal di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Foto: Tagar/Rizki Restiawan).

Banyuwangi - Duka mendalam masih menyelimuti keluarga Ricky Dwi Hari Yulianto (22), mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang meninggal dunia saat mengikuti Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Mata ibu Ricky, Nurul Komariah, nampak berkaca-kaca saat menceritakan rangkaian kisah anak bungsunya semasa hidup. Nurul menuturkan, almarhum Ricky ia kenang menjadi sosok yang penurut dan pendiam.

“Anaknya enggak neko-neko, pendiam. Kalau ada apa-apa selalu cerita, penurut memang orangnya. Maklum, Ayahnya, Hari, sudah tidak ada duluan semenjak Ricky masih kecil. Jadi, ya siapa lagi yang jadi tempat keluh kesah selain sama Ibunya,” ungkap Nurul saat ditemui Tagar di kediamanya di Dusun Krajan, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur, pada Rabu, 14 Agustus 2019.

Pemuda yang lahir pada 7 Juli 1996 itu memang kerap bermanja kepada sang Ibu. Sebab, kepada siapa lagi Ricky bisa mengadu. Sejak duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD), si bungsu tidak bisa lagi merasakan belaian sayang dari seorang Ayah, yang lebih dulu dipanggil menghadap Sang Khalik.

“Yang namanya orangtua, semuanya pasti dekat sama anak. Tetapi memang kalau sama Ricky, saya paling dekat. Namanya anak terakhir ya pasti agak manja sama Ibunya. Dulu sekolahnya di SD Negeri 1 Kalibaru Wetan. Sekitar tahun 2007 ayahnya meninggal dunia. Si kakak waktu itu kalau tidak salah masih kelas 2 SMP. Kami pindah rumah ke perumahan sini, karena di sana rumah keluarga,” tutur Nurul.

Pegawai Dinas Pertanian Banyuwangi ini mengatakan, setelah lulus dari bangku SD, Ricky kecil melanjutkan pendidikan menengah ke salah satu sekolah favorit di Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kalibaru Wetan.

Yang namanya orangtua, semuanya pasti dekat sama anak. Tetapi memang kalau sama Ricky, saya paling dekat.

Tamat dari SMP, Ricky pindah ke Kabupaten Jember, untuk menjemput ilmu pengetahuan. Di Kota Tembakau, ia masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Jember. 

Hal yang membanggakan di mata orang tuanya, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah atas, Ricky selalu lulus tepat waktu dengan indeks rapor yang memuaskan.

Semangat Belajar Tinggi

Nurul mengisahkan, usai lulus SMA, almarhum Ricky berniat mengikuti jejak sang kakak yang kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat. Namun ditengah tekad kuatnya untuk masuk perguruan tinggi ternama di Kota Hujan itu, niatannya untuk masuk IPB justru pupus tanpa harapan.

Pihak kampus menyatakan Ricky tidak diterima di IPB. Namun almarhum tidak patah arang. Ia memang dikenal memiliki kegigihan, rela berjuang mencapai sesuatu yang diidamkan. 

Kendati demikian, Nurul tetap memberi masukan supaya putranya menjadi mahasiswa di UGM Yogyakarta. Tentu dengan banyak pertimbangan, utamanya masalah jarak, agar Ibunda tidak ditinggal terlalu jauh.  

Jenazah RickyJenazah Ricky Dwi Hari Yulianto tiba di rumah duka. (Foto: Tagar/Rizki Restiawan).

“Saya kasih semangat, motivasi terus. Gagal ndak papa le (tidak apa-apa Nak) masih ada kampus lain, atau kuliah di UGM saja, di Jogja kan ndak terlalu jauh, gimana?” tanya Nurul kepada mendiang anaknya saat limbung menentukan pilihan.

Setiap liburan mesti pulang, terakhir kemarin pas lebaran Idul Fitri itu dia pulang ke rumah sini.

Ricky secara mantap harus mengikuti bisikan ibunya. Ia nyatakan bersedia dan siap berjuang melanjutkan pendidikan di UGM Yogyakarta. Di Kota Gudeg, Ricky remaja masuk Fakultas Kehutanan. Selama masa kuliah, ia dikenal sebagai mahasiswa yang aktif berorganisasi.

“Dia ikut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), lalu ikut teater dan kesenian. Ndak tau ikut apa lagi, dia ini anu, kalau mau ikut kegiatan organisasi selalu ngomong dulu ke saya. Bu doain ya biar masuk,” ucap Nurul, menirukan perkataan mendiang anaknya.

Selama menimba ilmu di UGM, Ricky acap kali memilih pulang ke rumah jika telah memasuki waktu libur kuliah. Bukan tanpa sebab, selain melepas rindu dengan keluarga terutama kepada sang bunda tercinta, almarhum ingin mengisi banyak waktu lowong di tempat kelahirannya.

“Setiap liburan mesti pulang, terakhir kemarin pas lebaran Idul Fitri itu dia pulang ke rumah sini. Kalau kakaknya, si Rizka ini kan jauh sama suami dan anaknya ada di Papua, jadi kami hanya komunikasi lewat telepon saja,” ungkapnya.

Tak lama setelah kembali ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan, ia sempat pamit kepada Nurul, sudah waktunya bagi Ricky untuk melaksanakan KKN-PPM bersama teman se-kelompoknya di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Komunikasi Terakhir Saat Idul Adha

Hingga pada Minggu 11 Agustus 2019, kabar duka datang dari teman KKN Ricky. Saat itu telepon Nurul berdering. Bak petir di siang bolong, ia mendapati kabar putranya hanyut terseret arus di Teluk Pulau Kaja, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Tangis haru tak lagi dapat terbendung, saat mendengar penjelasan langsung dari Rektor UGM Panut Mulyono, yang membenarkan kabar hilangnya Ricky karena terseret arus di sungai dan hingga kini tubuhnya tidak kunjung ditemukan.

Jenazah Rizki RestiawanJanazah Ricky Dwi Hari Yulianto tiba di rumah duka di Banyuwangi, Jawa Timur. (Foto: Tagar/Rizki Restiawan).

“Saya sempat syok, kaget dan fikiran tidak karuan. Iya, paginya itu pas lebaran dia sempat mengucapkan selamat ldul Adha kepada saya lewat WhatsApp,” tuturnya dengan raut wajah pilu.

Kemudian pada Senin malam, 11 Agustus 2019, pihak keluarga mendapat kabar lanjutan dari Kalimantan. Diinformasikan, tim gabungan sudah menemukan Ricky dalam keadaan tidak bernyawa, jasadnya ditemukan tak jauh dari lokasi tenggelamnya saat berenang.

Setelah berkoordinasi dengan tim yang ada di Kalimantan, termasuk Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Pada Selasa, 12 Agustus 2019, jenazah Ricky dipulangkan ke kampung halamannya. Bungsu berusia 22 tahun ini dimakamkan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Tepat pukul 13.30 WIB, tangis Nurul kembali pecah, saat mobil ambulans yang membawa jenazah Ricky tiba di rumah duka. Keluarga dan para pelayat juga tak kuasa membendung air mata saat peti jenazah diturunkan dari mobil.

Bahkan Rektor UGM, jajaran pegawai, dan beberapa rekan kuliahnya juga ikut bersama rombongan tim yang mengantar jenazah Ricky ke rumah.

Paginya itu pas lebaran dia sempat mengucapkan selamat ldul Adha kepada saya.

Ricky Dwi Hari Yulianto, mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM dilaporkan hanyut terseret arus di Teluk Pulau Kaja, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada Minggu, 11 Agustus 2019 sekitar pukul 17.00 WITA.

Korban saat itu tengah mengikuti Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat dari kampus UGM.[]

Baca juga:

Berita terkait
Getir Hati Petani Garam di Pangkep
Musim kemarau sedang baik untuk memproduksi garam, namun Rusman memutuskan untuk berhenti jadi petani garam, beralih ke nelayan.
Curahan Hati Ibu Korban Pencabulan Pesantren di Aceh
Langit rasanya runtuh ketika ia mengetahui anak laki-lakinya disodomi pemimpin pondok pesantren yang harusnya mendidik anaknya mengerti agama.
0
Anak Elon Musk Mau Mengganti Namanya
Anak CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, telah mengajukan permintaan untuk mengubah namanya sesuai dengan identitas gender barunya