Sitti Halima, Kartini Sesungguhnya dari Maros

Sitti Halima, Kartini sesungguhnya dari Maros. Kesulitan hidup tidak membuatnya lupa pada nilai-nilai.
Sitti Halima mencari barang bekas yang bisa dijual ulang. Setiap hari Halima mengepul barang bekas di TPA Maros. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Maros - Sitti Halima seorang perempuan berusia 50 tahun, tinggal di Kabupaten Maros. Ia ibu dua anak. Ia menjalani kehidupan yang sangat sulit. Walaupun demikian ia tak mau jadi pengemis. Ia tidak malu menjadi pemulung, mengumpulkan barang bekas yang bisa dijual kembali. Ia Kartini yang sesungguhnya dari Maros.

Ia sudah 10 tahun bekerja sebagai pengepul barang-barang bekas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Maros, Jalan Bonto Matene, Kecamatan Mandai, Maros.

Selain kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga, Halima mengepul barang bekas  yang bisa dijual kembali demi membantu perekonomian keluarga, khususnya untuk pendidikan anak-anaknya.

Alhamdulillah, saat ini anak saya yang pertama sudah bekerja lebih baik dari orangtuanya. Anak saya bekerja jadi cleaning service di Jayapura.

Hampir setiap hari, Halima menghabiskan waktu di TPA Maros, mulai pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore hari. 

Wanita yang tinggal tidak jauh dari lokasi TPA mengaku tidak punya pilihan kerjaan lain, selain mengepul barang bekas layak jual untuk tetap bisa bertahan hidup, membantu suaminya yang juga sama-sama mengepul barang bekas.

, Jumat 20 April 2019.“Saya sudah mengepul barang bekas di sini mulai dari anak bungsu saya masih kecil, dan saat ini sudah mau masuk SMP. Kurang lebih sudah ada 10 tahun saya mencari rezeki di tempat ini,” tutur Siti Halima kepada Tagar News, Jumat 20 April 2019.

Sitti HalimaTempat Pembuangan Akhir (TPA) Maros tempat Sitti Halima mencari barang bekas untuk dijual ulang. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Halima mengatakan meski uang yang dikumpulkan tidak banyak, ia berusaha mencukup-cukupkan untuk bertahan hidup. 

Saat tertentu ada keperluan mendadak, Halima rela pinjam ke orang lain, kemudian dibayar secara cicil.

Bagi Halima, bekerja sepanjang hari tidak menjamin bisa mendapat pundi-pundi uang. 

“Dalam dua pekan saja, saya cuma bisa dapat Rp 200 ribu saja, itu juga paling banyak penghasilan sebanyak Rp 300 ribu,” ujarnya tanpa bermaksud mengeluh.

Dengan penghasilan terbatas, Halima bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkatan sekolah menengah atas untuk anak pertama, dan level perguruan tinggi untuk anak kedua.

Baginya pendidikan anak-anaknya sangat penting, dengan harapan kemudian hari bisa menjadi lebih baik dari dirinya.

di Jayapura,” kata Halima.“Alhamdulillah, saat ini anak saya yang pertama sudah bekerja lebih baik dari orangtuanya. Anak saya bekerja jadi cleaning service di Jayapura,” kata Halima.

Sedangkan anak keduanya saat ini masih sekolah dasar, akan masuk sekolah menengah pertama. Ia berharap bisa menyekolahkannya sampai perguruan tinggi.

Melalui momentum Hari Kartini, Halima mengajak dan berpesan kepada perempuan lain untuk tetap giat dalam bekerja, tanpa harus melihat jenis pekerjaan, yang penting halal dan membantu perekonomian keluarga. []

Baca juga:

Berita terkait