Sidney Jones: Perempuan Jarang Dicurigai, Dimanfaatkan ISIS

Sidney Jones: perempuan jarang dicurigai, dimanfaatkan ISIS. "Perempuan sengaja digunakan karena dianggap tidak akan dicurigai kalau masuk daerah tertentu,” ujarnya.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memberikan keterangan mengenai penindakan terduga teroris seusai mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5/2018). (Foto: Ant/Wahyu Putro A)

Jakarta, (Tagar 23/5/2018) – Sidney Jones, peneliti terorisme internasional, mengatakan ISIS memanfaatkan perempuan dalam aksi teror karena kecurigaan publik terhadap mereka rendah.

"ISIS dengan sengaja menggunakan perempuan karena dianggap sebagai orang yang tidak akan dicurigai kalau masuk daerah tertentu," kata Sidney Jones dalam diskusi bertajuk Menguak Fakta Aktual Radikalisme dan Terorisme di Indonesia, di Jakarta, Selasa (22/5).

Sidney membenarkan, saat ini ISIS memberikan peran yang lebih strategis kepada perempuan dalam aksi terorisme. ISIS atau kelompok ekstremis lainnya pada awalnya tidak melibatkan perempuan dalam aksi kekerasan yang kerap diistilahkan sebagai "jihad".

Kaum Hawa, kata dia, awalnya dimasukkan ke dalam kelompok teroris itu agar tetap ada yang menjaga anak-anak serta keturunan dari para teroris yang tewas dalam melancarkan aksinya.

"Saya kira ada evolusi. Perempuan dalam terorisme kemudian kita lihat sebagai kurir. Ia juga jadi ustazah dan pencari dana untuk melakukan aksi," terang dia.

Namun, berkaca pada kasus peledakan bom yang terjadi di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5), diketahui bahwa saat ini ISIS sudah memperbolehkan perempuan untuk menjadi eksekutor.

Melihat fakta tersebut, Sidney menilai kelak peran perempuan yang bergabung di kelompok teroris akan terus berkembang. Bahkan, kemungkinan juga bisa memiliki posisi yang sentral.

Kemungkinan Libatkan Anak

Sementara itu, mengenai tren aksi bom bunuh diri yang melibatkan anak-anak, Sidney memperkirakan tidak akan terjadi lagi.

"Kemungkinan kecil (pelibatan keluarga termasuk anak) akan terjadi lagi," kata dia mengomentari tiga keluarga yang tewas dalam tiga peristiwa bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo.

Pihaknya pun tidak habis pikir ketiga keluarga itu tega mengorbankan anak-anak mereka sebagai bomber karena hal itu di luar kebiasaan para kaum ekstremis.

Menurut dia, aksi ketiga keluarga yang mengorbankan nyawa mereka dan keluarganya dalam tiga peristiwa bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo, tidak akan diikuti para ekstrimis lainnya.

"Bukan berarti sekarang hingga dua tahun ke depan akan lebih banyak keluarga yang bergerak seperti tiga keluarga di Surabaya, karena orang ekstrimis pun tidak mau mengorbankan anaknya," terangnya.

Sepekan lalu, pada 13 Mei 2018, kota Surabaya diguncang serangan bom bunuh diri. Bom pertama meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno yang mengakibatkan korban tewas mencapai 14 orang, termasuk para pelaku diduga berjumlah enam orang yang merupakan satu keluarga, sedangkan korban luka-luka tercatat mencapai 41 orang.

Selang 14 jam kemudian, ledakan bom terjadi di Blok B Lantai 5 Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Ledakan itu merenggut tiga nyawa yang merupakan satu keluarga terduga teroris yang akan melakukan serangan bom.

Pada 14 Mei 2018 juga terjadi bom bunuh diri di pintu masuk kantor Mapolrestabes Surabaya yang mengakibatkan empat pelaku tewas dan masyarakat serta polisi yang ada di sekitar ledakan juga terluka.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan, pasca bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, kepolisian dibantu TNI telah melakukan penindakan terhadap 74 terduga teroris di berbagai wilayah di Tanah Air.

“Sebanyak 14 orang di antaranya meninggal dunia karena melawan saat ditangkap,” kata Tito Karnavian seusai mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5). (ant/yps)

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.