Siapa Menyangka, Dua Periode Jadi Bupati, Ijazah SMA JR Saragih Diduga Palsu

Selama ini publik mengenalnya dengan gelar berderet, Dr. Jopinus Ramli (JR) Saragih SH MH. Pencapaian karier politiknya pun mentereng, dua periode jadi bupati.
Jopinus Ramli (JR) Saragih, politisi Partai Demokrat, salah satu peserta Pilgub Sumut yang sedang tersandung dugaan ijazah palsu. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 16/3/2018) - Selama ini publik mengenalnya dengan gelar berderet, Dr. Jopinus Ramli (JR) Saragih SH MH. Pencapaian karier politiknya pun mentereng, Bupati Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara dua periode (2010-2015 dan 2016 - 2021).

Tiba-tiba kini publik dibuat terbelalak. Polda Sumatera Utara menetapkan politisi Partai Demokrat yang sedang membentangkan sayap menuju kursi gubernur itu sebagai tersangka atas dugaan pemalsuan legalisasi ijazah SMA dan tanda tangan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Sopan Andrianto.

Dalam situs Partai Demokrat disebutkan ia lahir di Medan, 10 November 1968. Tak sampai berusia setahun, cobaan berat pertama dialaminya, ayahnya seorang prajurit TNI meninggal dunia.

JR Saragih kemudian diasuh oleh neneknya (ibunda ayahnya) di Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. JR Saragih harus diasuh neneknya karena faktor kesulitan ekonomi membuat ibunya menikah lagi.

Tetapi cobaan berat kedua datang.

“Kasih sayang seorang nenek hanya saya rasakan sementara. Saat saya duduk di kelas 5 SD, nenek saya meninggal dunia,” tutur JR Saragih.

Lantas JR Saragih meninggalkan Raya dan diasuh kakek-neneknya yang lain (ayah-ibu dari ibundanya) di Kutabaru, Kecamatan Munthe, Tanah Karo.

Di Munthe, JR Saragih mulai menunjukkan jiwa petarungnya. Sembari bersekolah, ia juga mulai bekerja serabutan, menjadi tukang semir sepatu, kernetnya kernet (pembantu kondektur bus), hingga montir sepeda motor.

Di Munthe pula ia mulai melihat banyaknya pemuda Karo yang merantau. JR Saragih pun bertekad untuk merantau. Ia ingin memperbaiki kehidupannya. Bagi JR Saragih, jika orang lain bisa maka ia pun harus bisa.

SMA di Jakarta

Pada tahun 1984, JR Saragih berhasil menamatkan pendidikan SMP di Kutambaru. Ia pun memutuskan merantau sekaligus melanjutkan pendidikan SMA ke Jakarta.

JR Saragih lantas hidup mandiri dengan kos di Jakarta dan melanjutkan pendidikan di SMA 1 Prasasti, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Untuk mencukupi kebutuhan dan biaya sekolah, JR Saragih bekerja serabutan. Pekerjaan sebagai buruh galian pasir pernah ia lakoni sepulang sekolah. JR Saragih bekerja sebagai buruh galian pasir milik Puskopad (Pusat Koperasi Angkatan Darat).

Beberapa lama bekerja memeras keringat dengan menambang pasir, JR Saragih mendapat tawaran bekerja paruh waktu di Pusat Primer Koperasi Mabes TNI AD. Tawaran ini ternyata menjadi titik balik kehidupan JR Saragih. Kegigihan, sikap pantang menyerah dan kerja keras yang ia tunjukkan menjadikan banyak petinggi TNI AD yang simpatik atas kegigihannya tetap bersekolah dengan menjalani berbagai pekerjaan kasar.

Taruna Akademi Militer

Selulus SMA, atas saran para petinggi TNI AD, JR Saragih mendaftar sebagai taruna Akademi Militer di Magelang. Persiapan dan kerja kerasnya menuai hasil. Ia diterima dan lulus dari Akmil hingga memulai kariernya sebagai seorang perwira TNI.

Sejumlah penugasan pernah dijalaninya antara lain jadi personel elite Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dan Komandan Subdenpom Polisi Militer Angkatan Darat (POMAD) Purwakarta, Jawa Barat.

Usai menjalani tugas sebagai Komandan POMAD, JR Saragih memutuskan untuk mengakhiri kariernya di militer. Ia memilih mengembangkan usaha yang sudah dirintisnya: klinik kesehatan di Purwakarta. Sebuah klinik yang dia dirikan dengan mengumpulkan gajinya demi membantu warga yang kesulitan mengakses mahalnya layanan kesehatan.

Tahun 2004, klinik itu berhasil dikembangkan JR Saragih menjadi Rumah Sakit dengan nama RS Efarina Etaham. Pada 2008, RS Efarina memperoleh akreditasi RS tipe A. Saat ini, RS Efarina Etaham sudah berdiri di Berastagi Kabupaten Karo dan Pangkalan Kerinci Riau. JR Saragih juga mendirikan SMA/SMK Plus Efarina dan Universitas Efarina di Simalungun.

JR Saragih mengatakan, ia mendirikan rumah sakit karena ia memahami bagaimana rasanya menjadi orang menderita. Ia sudah kenyang dengan penderitaan. Keinginannya agar tak ada lagi orang menderita di dunia, memotivasinya membangun klinik dan rumah sakit.

“Saya hanya ingin membantu orang karena saya tahu bagaimana rasa sakit itu. Saya memiliki bekas luka yang meninggalkan bekas dalam karena saya tidak bisa menjalankan operasi, lantaran enggak punya uang. Karena itu, kini, saya mengutamakan, bagaimana cara melepaskan penderitaan seseorang,” JR Saragih menjelaskan motivasinya membangun banyak rumah sakit dan klinik di negeri ini.

Ihwal ketertarikan JR Saragih pada dunia politik dikarenakan ia melihat kampung halamannya Simalungun tak terbangun dengan baik. Ia lebih kecewa lagi saat melihat tanah keluarganya dan masyarakat habis dibeli pemerintah daerah tetapi dibiarkan terlantar sebagai lahan tidur. Tidak dimanfaatkan. Tidak ada bangunan yang didirikan. Padahal keluarganya dan masyarakat menjual lahan itu ke pemerintah karena berharap terjadinya percepatan pembangunan. (sa)

Berita terkait
0
SDR: Kenapa KPK Tak Kunjung Panggil Gubernur DKI, Dispora, Bank DKI & FEO
Sementara dalam kepentingan penanganan kasus dugaan korupsi, baik Mabes Polri dan KPK tentunya akan merujuk pada hasil pemeriksaan BPK.