Shinta Nuriyah Sahur di Bekas Gereja Teror Bom

Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menggelar sahur bersama di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Kota Surabaya,
Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid ketika melakukan sahur bersama di Gereja SMTB. (Foto: Tagar/Adi Suprayitno)

Surabaya - Istri Presiden RI ke-4 (alm) KH Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menggelar sahur bersama di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Kota Surabaya, Jawa Timur. Sahur bersama ini bertepatan hari lahir Pancasila, 1 Juni.

Gereja SMTB ini merupakan salah satu gereja yang pernah mendapat teror bom pada Minggu 13 Mei 2018 lalu. Puluhan korban meninggal dan korban luka. Namun kini Gereja SMTB sudah direnovasi pasca insiden bom bunuh diri.

Sahur bersama diikuti ratusan orang dari lintas agama, dan warga sekitar. Mulai dari pendeta, jemaat gereja, tukang kebersihan, tukang gali kubur, ibu rumah tangga, Banser, dan Ansor.

Koordinator acara FX Ping Teja mengatakan, selama puasa Ramadan 2019 pihaknya melakukan sahur keliling. Untuk di Surabaya, Shinta Nuriyah memilih sahur bersama di Gereja SMTB.

"Bu Shinta memang meminta sahur bersama di sini (SMTB) karena ini adalah penutupan serangkaian sahur bersama," kata Ping, saat ditemui di Gereja SMTB, Sabtu 1 Juni 2019.

Pihak gereja sangat mengapresiasi dan bangga karena mendapatkan kepercayaan untuk menjadi tuan rumah dalam penutupan sahur bersama keliling. Acara ini untuk mewujudkan sikap saling toleransi dan persatuan bangsa.

"Kami welcome sekali dengan adanya acara ini. Ini kebanggaan buat kami karena bagian dari toleransi bangsa ini. Siapapun yang datang ke sini, asal ada niat baik untuk persatuan bangsa," terangnya.

Sementara Shinta Nuriyah mengaku sahur bersama ini sudah dijalaninya selama 20 kali saat mendampingi suaminya yang masih menjabat presiden. Dia melakukan sahur bersama dengan pengamen, anak jalanan, sopir bis, dan tukang becak.

"Kalau sahur ini ke-20 berarti sudah 20 tahun dijalani mulai Gus Dur (sapaan akrab Abdurrahman Wahid) menjabat presiden. Kalau sahur bersama sopir bis yang kita di terminal, kalau sama tukang becak ya di pinggir jalan," paparnya.

Shinta mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia harus menjunjung Bhinneka Tunggal Ika. Mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, golongan.

"Kita ini satu. Bhineka Tunggal Ika. Artinya apa? Meskipun berbeda tetap satu," pungkasnya.[]

Baca juga:

Berita terkait
0
Komisi VIII DPR Optimis Sentra Kemensos Jadi Multilayanan yang Bisa Penuhi Kebutuhan Masyarakat
Anggota Komisi VIII optimis, transformasi fungsi Sentra Kemensos menjadi multilayanan akan semakin meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat.