Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menilai kesiapan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin dalam stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) masih terbilang relatif rendah.
"Kesiapan pemerintah dalam hal stimulus PEN menghadapi resesi ekonomi relatif kecil hanya 4,2 persen dari PDB," kata Bhima dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar, Selasa, 27 Oktober 2020.
Ada ketimpangan yang nyata antara penyelamatan kesehatan dibandingkan ekonomi.
Bahkan, kata Bhima, jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan negara tetangga yakni Malaysia. "Negara tetangga misalnya Malaysia 20,8 persen, Singapura 13 persen," ucapnya.
Selain itu, kata dia, jumlah pengalokasian untuk stimulus kesehatan dalam PEN juga masih rendah. Tercatat, alokasi stimulus kesehatan dalam PEN hanya 12 persen, sementara korporasi mendapatkan 24 persen stimulus.
"Ada ketimpangan yang nyata antara penyelamatan kesehatan dibandingkan ekonomi," ujar Bhima.
Namun, Bhima menilai masih ada beberapa catatan positif mengenai pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma'ruf Amin. Menurut dia, sektor jasa informasi dan telekomunikasi masih terbilang positif untuk pertumbuhan ekonomi.
"Positifnya masih ada sektor yang pertumbuhannya cerah yakni sektor jasa informasi dan telekomunikasi menunjukkan adanya digital bonanza atau percepatan transformasi digital," tuturnya. []
- Baca Juga: Catatan Positif Pertumbuhan Ekonomi Setahun Jokowi-Ma'ruf
- Prabowo: Cipta Kerja Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Benarkah?