Sesat Pikir Soal Banyaknya Unicorn Memicu Rupiah ke Luar Negeri

penilaian terhadap perkembangan startup Tanah Air itu tidak benar.
Ilustrasi startup. (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar 20/2/2019) - Peneliti Senior Bursa Efek Indonesia Poltak Hotraredo membantah terkait klaim makin banyak start up dalam negeri bervaluasi di atas 1 miliar dolar AS alias unicorn memicu melimpahnya rupiah ke luar negeri.

Menurut Poltak, penilaian terhadap perkembangan perusahan rintisan bidang informasi dan teknologi atau start up tersebut tidak benar.

"Termasuk anggapan bahwa keuntungan yang dicapai unicorn Indonesia pun bakal banyak lari ke luar negeri akibat jumlah investasi asing cukup besar," kata Poltak kepada Antara, Selasa (19/2).

Ia justru memperkirakan sejumlah unicorn Indonesia baru akan memetik keuntungan sekitar 10 tahun mendatang. Selain itu, rata-rata pembagian imbal hasil (yield) deviden hanya berkisar 2-3 persen per tahun.

"Jadi, bagaimana caranya bisa membawa uang ke luar negeri? Justru, yang ada uang luar negeri masuk ke Indonesia," kata Poltak.

Baca juga: Ditanya Bantuan untuk Unicorn Indonesia, Prabowo: Unicorn? Yang Online Itu?

Lagi pula, lanjut dia, investor yang menanamkan modal ke unicorn Indonesia merupakan kelas dunia sehingga, investasi yang masuk ke mereka tersebut tak seberapa jika dibandingkan dengan dana kelolaan mereka yang sangat besar.

Sebaliknya, katanya, dana asing yang masuk ke unicorn Indonesia dalam bentuk dolar Amerika Serikat tersebut kemudian dikelola dalam bentuk rupiah.

Sebab itu, kata Poltak, perlu dipahami sistem investasi dan struktur di dalam start up berbeda dengan perusahaan biasa. Pendiri startup memiliki peranan sentral dalam semua penentuan keputusan di internal, karena menjadi satu-satunya yang paling paham genetik dari perusahaan tersebut.

"Masuknya investor asing tak lantas mengubah perusahaan itu menjadi milik asing dan menggeser pendiri dari posisi pengendali. Justru, sosok pendiri yang menjadi daya tarik investor asing," ujarnya.

Menurut Poltak, empat start up dengan kategori unicorn di Indonesia memang memiliki daya tarik sehingga mendorong minat investor asing untuk masuk karena mereka tersebut menggunakan teknologi baru yang berdampak pada efisiensi dan efektivitas. Keempat unicorn itu adalah Tokopedia, GoJek, Traveloka, dan Bukalapak.

Baca juga: Di Negara Demokrasi, Kekayaan Calon Presiden Harus Diungkap ke Publik

Bagi investor asing, tambah Poltak, Indonesia adalah pasar besar karena memiliki penduduk berjumlah 256 juta jiwa dan sangat kompleks. Ekonomi Indonesia pun sedang tumbuh positif sehingga, bila banyak investasi bisa masuk ke unicorn di Indonesia, bukan tak mungkin akan bisa menguasai pasar Asia Tenggara yang populasinya 560 juta jiwa.

"Unicorn di Indonesia ini rajanya Asia Tenggara. Kalau bisa masuk ke pasar Indonesia yang kompleks, pasti bisa masuk ke negara lain," kata dia.

Diketahui calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, khawatir jika jumlah unicorn Indonesia terus bertambah akan membawa dampak negatif. Alasannya, jika jumlahnya semakin banyak, maka akan mengakibatkan uang Indonesia yang tersedot ke luar negeri juga semakin besar.

Bahkan, ada yang menganggap masuknya investor asing ke unicorn Indonesia mengakibatkan statusnya berubah menjadi perusahaan asing karena berimbas terhadap komposisi pemegang saham.

Baca juga: Bonceng Trending 'Unicorn' di Medsos, Kaesang Promo Sang Pisang

Berita terkait