Jayapura – Majelis Ulama Indonesia menyatakan rangkaian kerusuhan yang terjadi di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya pada 23 September 2019 lalu bukanlah konflik antar suku, agama, dan ras (SARA), seperti yang diisukan di media sosial oleh kelompok tertentu yang mengajak umat muslim untuk berjihad ke Papua.
Ketua MUI Provinsi Papua KH Saiful Islam Al Payage mengajak seluruh masyarakat Indonesia khususnya umat muslim untuk tidak menanggapi seruan tersebut. Sebab, seruan jihad tersebut justru akan memperkeruh suasana dan menjadi masalah baru.
"Masyarakat jangan termakan informasi hoaks. Situasi di Papua sudah semakin kondusif. Apabila ada kelompok yang memaksakan jihad ke Papua maka akan menimbulkan konflik baru yang bernuansa SARA," tegas Kiyai Haji Al Payage.
Payage saat ditemui Tagar di kediamannya, Jumat 4 Oktober 2019, memandang kerusuhan di Wamena dilakukan oleh kelompok tertentu yang ingin merongrong kesatuan dan persatuan bangsa. Menurutnya, kerusuhan itu ditengarai kepentingan politik dan ideologi.
Al Payage yang juga putera daerah Kabupaten Jayawijaya ini menolak segala bentuk kekerasan yang terjadi di Papua. Ia menolak tegas sebutan warga asli Papua dan pendatang, karena hal itu dinilai akan menimbulkan masalah bagi masyarakat. Masyarakat di dalam dan luar Papua pun diminta untuk dapat menahan diri.
Saya pribadi merasa sedikit tertantang, kok bisa secepat itu mereka percaya dengan berita hoaks
Bahkan, Al Payage meminta seluruh tokoh organisasi masyarakat dan tokoh agama untuk bersama-sama menyambangi masyarakat guna memulihkan situasi kamtibmas di Papua.
"Agama manapun tidak mengajarkan kekerasan. Untuk itu mari kita jaga kerukunan, persaudaraan dan kebersamaan demi keutuhan bangsa dan negara. Kita jaga Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.
Disinggung terkait mahasiswa Papua di luar daerah yang eksodus ke Kota Jayapura dan beberapa kabupaten kota lainnya, Al Payage meminta agar mereka segera kembali ke kota studi masing-masing. Sebab, pemerintah dan aparat keamanan telah memberikan jaminan keamanan bagi mahasiswa Papua.
"Saya mengajak pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk bekerja sama pemulihan pasca kerusuhan yang terjadi di Kota Jayapura dan Wamena. Kita sama-sama anak bangsa Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Polda Papua menegaskan peristiwa kerusuhan Wamena dipicu informasi yang tidak benar atau hoaks. Di mana seorang guru SMA di Wamena diisukan memanggil siswanya dengan kata-kata tidak pantas. Guru tersebut pun telah diperiksa penyidik, dan tidak terbukti mengatakan hal yang menjadi pemicu terjadinya aksi protes yang berbuntut tewasnya 31 orang dalam kerusuhan itu.
Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengaku heran lantaran berita palsu yang beredar di dunia maya lebih dipercaya warga di banding imbauan dari pemerintah. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan yang harus diselesaikan bersama.
"Saya pikir ini jadi tantangan kita bersama untuk mengetahui seperti apa permasalahan yang ada di lingkungan kita. Saya pribadi merasa sedikit tertantang, kok bisa secepat itu mereka percaya dengan berita hoaks dan mengabaikan pernyataan atau imbauan dari pemerintah dan aparat keamanan," ujar Waterpauw dalam pertemuan dengan seluruh ketua paguyuban yang ada di Wamena dan Jayapura, pada Selasa 1 Oktober 2019 lalu. []