Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet menanggapi gencarnya seruan boikot produk Prancis. Ia menilai, momen ini sulit untuk bisa mendongkrak konsumsi produk lokal.
Jika tensinya sudah reda, masalah pemboikotan ini umumnya akan hilang dari ruang diskusi publik.
"Jadi biasanya sifatnya sementara, jadi saya kira sulit untuk mendorong peningkatan konsusmi produk lokal," kata Yusuf saat dihubungi Tagar, Senin, 2 November 2020.
Kondisi ini, kata Yusuf, memiliki sentimen yang berbedaPemboikotan produk Prancis lebih kepada sentimen dinamika politik dalam negeri negara itu akibat pernyatan dari Presiden Emmanuel Macron terkait isu agama.
"Jika tensinya sudah reda, masalah pemboikotan ini umumnya akan hilang dari ruang diskusi publik," ucapnya.
Yusuf menjelaskan, saat ini hampir di setiap lini kehidupan, semua produk Prancis bisa ditemui mulai dari otomotif hingga food and beverages (F&B). "Khusus untuk F&B ini sudah sangat familiar di masyarakat seperti Danone Aqua, susu SGM, dan beberapa produk lain," ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini sulit untuk dijadikan suatu gebrakan mengubah perilaku masyarakat agar tidak menggunakan produk Prancis. "Tidak mudah kemudian mengubah perilaku konsumen yang telah lama mengonsumsi produk ini, perlu proses yang panjang," tutur Yusuf. []
- Baca Juga: Injak Foto Macron Hingga Boikot Produk Prancis di Surabaya
- Pesawat Airbus, Produk Prancis di Indonesia yang Diboikot