Serangan Terhadap Minoritas Kristen India Terus Meningkat

Eskalasi tindak kebencian terhadap Kristen di India dianggap sebagai respon atas retorika pemerintah
Misa Natal di Gereja Santa Maria di Noida, New Delhi, India, 25 Desember 2021 (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Eskalasi tindak kebencian terhadap Kristen di India dianggap sebagai respon atas retorika pemerintah. Tujuannya “untuk mengisolasi dan mendemonisasi minoritas demi sebuah negara Hindu,” kata seorang pengamat kepada DW. Murali Krishnan (New Delhi) melaporkannya untuk DW.

India menyaksikan lonjakan angka serangan terhadap perkumpulan warga Kristen, gereja-gereja dan lembaga pendidikan. Gelombang kekerasan itu terutama dilaporkan di sejumlah negara bagian yang dikuasai partai pemerintah, Bharatiya Janata Party (BJP).

Serangan terhadap warga Kristen yang mencakup 2% dari total populasi nasional, diyakini merupakan bagian dari pergeseran luas di India yang turut mengancam keamanan warga minoritas.

Serangan bereskalasi menjelang perayaan Hari Natal 2021 lalu. Aktivis kemanusiaan menuduh pemerintah dan aparat keamanan setempat menutup mata terhadap agresi kelompok nasionalis Hindu.

umat gereja di indiaSeorang perempuan membersihkan tangannya sebelum menerima komuni di Gereja St Stephen saat perayaan Natal di kawasan lama Delhi, India, 25 Desember 2020 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Anushree Fadnavis)

1. Kekerasan sektarian

Di Agra, sebuah kota tua di Uttar Pradesh, anggota kelompok garis keras membakar patung Santa Claus di luar sebuah sekolah milik kelompok misioner Kristen. Mereka menuduh para misionaris ingin menggunakan Natal untuk menjaring pengikut baru.

Situasi serupa terjadi di Assam, negara bagian di timur Himalaya, yang juga dikuasai BJP. Di sana, sekelompok demonstran memasuki sebuah gereja pada malam Natal, karena mengklaim adanya umat Hindu di tengah perayaan. Teror pada malam Natal juga dirasakan warga Kristen di sebuah sekolah di negara bagian Haryana.

Awal Desember silam, sebuah sekolah Katolik di Madhya Pradesh dirusak oleh sekitar 500 ekstremis Hindu. Pengelola sekolah sempat meminta pengamanan dari kepolisian sebelum serangan terjadi. Para penyerang dipersenjatai batang besi dan batu, sembari meneriakkan "Jai Shri Ram” (Kejayaan untuk Dewa Rama), yang khas bagi kelompok ultranasionalis Hindu.

Serangan-serangan itu bereskalasi seiring dengan kembalinya isu Kristenisasi paksa yang ramai digaduhkan. Tuduhan itu sendiri berulangkali dibantah dan tidak pernah diproses di pengadilan menyusul absennya bukti-bukti terkait.

jemaat gereja jaga jarakJemaat gereja menjaga jarak saat menghadiri misa Natal di Ahmedabad, India, Jumat, 25 Desember 2020 (Foto: voaindonesia.com - AP/Ajit Solanki)

2. Intoleransi sistematis

Sebuah riset oleh Forum Persatuan Kristen, Asosiasi Perlindungan Hak Sipil dan lembaga swadaya, Bersatu Melawan Kebencian, mencatat setidaknya 305 insiden kekerasan terhadap minoritas Kristen di India pada sembilan bulan pertama 2021.

"Serangan-serangan ini punya pola yang bisa dikenali, dan upayanya adalah untuk mempolarisasi atmosfer dan mengontrol kaum minoritas,” ujar sejarahwan gereja, Pius Malekandathil, kepada DW. "Kejahatan keencian seperti menyerang gereja dan lembaga pendidikan adalah upaya mencari perhatian dan menakuti warga minoritas.”

Pakar politik India, Zoya Hasan, mengatakan perundungan terhadap minoritas, terutama warga Muslim, merupakan bagian dari intoleransi agama yang menguat dalam beberapa tahun terakhir.

"Tujuannya jelas. Rencana ini akan mengisolasi dan mendemonisasi minoritas, demi mengonsolidasikan kekuasaan Hindu dan mendirikan sebuah negara Hindu,” kata Hasan. "Hal ini sudah dipikirkan secara matang dan bukan tanpa tujuan.”

Sejak BJP berkuasa pada 2014, serangan terhadap warga Kristen meningkat drastis. Menurut Persecution Relief, sebuah LSM yang memantau tindak kekerasan terhadap kaum Kristen di India, tindak kejahatan terhadap warga minoritas tersebut meningkat 60% dari tahun 2016 ke 2019.

Di beberapa negara bagian, gereja-gereja dirusak, perkumpulan jemaat diserbu massa, pendeta dipukuli dan korban yang luka harus dirawat di rumah sakit.

"Pendeta-pendeta Kristen mengunjungi desa di pedalaman Gujarat dan mengonversi keyakinan suku asli Hindu. Mereka yang baru mejadi Kristen kebanyakan saudara dari kelompok yang sebelumnya sudah berpindah agama,” kata Piyush Shash, Ketua Dewan Vishwa Hindu, kepada DW.

paga Masjid Agung Srinagar r terkunciMasjid Jamia Kashmir Masjid Agung Srinagar terlihat melalui gerbangnya yang tetap terkunci pada hari Jumat, 26 November 2021, di Srinagar, Kashmir, yang dikuasai India (Foto: voaindonesia.com - AP/Mukhtar Khan)

3. UU anti-konversi

Saat ini setidaknya sembilan negara bagian di India sedang menggodok RUU anti-konversi agama. Belum lama ini, negara bagian Karnataka mengesahkan UU Perlindungan Hak Beragama yang mengancam hukuman 10 tahun penjara bagi kasus konversi "oleh tipuan atau bujukan.”

Adapun di negara bagian paling padat, Uttar Pradesh, yang akan menjalani pemilu dalam waktu dekat, konversi agama dilarang sepenuhnya. Pernikahan campur juga akan digugurkan jika dilakukan atas niat untuk mengganti agama seseorang.

Oktober silam, dua biarawati Ordo Fransiskan, dibawa paksa ke kantor polisi oleh sekelompok warga Hindu.

Pendeta James Panvelil dari Gereja Santo Georgius, juga meyakini serangan dan aksi perundungan oleh kelompok nasionalis Hindu bukan sekedar kebetulan. Dia bisa merasakan adanya agenda politik untuk memecah belah masyarakat berdasarkan agama, dan menggunakan isu konversi paksa sebagai umpan.

"Pemilihan legislatif tidak lama lagi,” kata dia kepada DW. "Kami bisa melihat kelas-kelas politik mengejar mimpi mereka mengubah India sebagai sebuah negara Hindu. Lalu di mana kaum Kristen dan muslim akan ditempatkan?” (rzn/pkp)/dw.com/id. []

India Melarang Aliran Dana Asing untuk Misionaris Kristen

Kelompok-kelompok Minoritas Agama di India Kian Tertekan

Penutupan Masjid di Khasmir Ingkari Kebebasan Beragama di India

Lari ke India Pemeluk Hindu Pakistan Harapkan Kedamaian

Berita terkait
India Melarang Aliran Dana Asing untuk Misionaris Kristen
Langkah India blokir aliran dana asing ke "Missionaries of Charity" terjadi di tengah tekanan balik kelompok nasionalis Hindu sayap kanan
0
Anak Elon Musk Mau Mengganti Nama
Anak CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, telah mengajukan permintaan untuk mengubah namanya sesuai dengan identitas gender barunya