Sempat Terhenti, ‘Parade Musik 2017’ Hadirkan Ragam Etnik Jatim

Sempat terhenti, ‘Parade Musik 2017’ hadirkan ragam etnik Jatim. Sebelumnya program ini terhenti lantaran sulit mencari komposer yang fokus pada musik etnik.
PARADE MUSIK 2017: Kelompok musik dari Sanggar Seni Blambangan Art School Percution menyuguhkan musik berjudul 'Angklung Paglak' saat Parade Musik 2017 di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, Jumat (15/12). Parade Musik yang menampilkan sejumlah karya musik etnik dari berbaga kelompok musik Jawa Timur ini berlangsung sampai Sabtu, 16 Desember 2017. (Foto: Ant/Didik Suhartono)

Surabaya, (Tagar 16/12/2017) – Menampilkan ragam etnik dari berbagai daerah yang ada di Provinsi Jawa Timur, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Budaya Jawa Timur menggelar "Parade Musik 2017".

Parade Musik 2017 tersebut berlangsung selama dua hari, 15-16 Desember di Gedung Kesenian Cak Durasim, Kompleks Taman Budaya Jawa Timur (Jatim), Jalan Gentengkali Surabaya.

"Kami pernah memprogramkan parade musik semacam ini secara periodik sejak tahun 2011, namun terhenti setelah sempat terselenggara sekitar empat kali kegiatan, karena mencari komposer yang fokus mengembangkan musik tradisi di Jatim memang susah," ujar Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur Sukatno usai pertunjukan "Parade Musik 2017", Sabtu (16/12) dini hari.

Sukatno menerangkan, program Parade Musik digelar pertama kali tahun 2011, konsepnya adalah menyuguhkan karya musik etnik tunggal asal Jawa Timur dengan durasi panjang, minimal 1,5 jam.

"Namun, setelah 2012 program Parade Musik terhenti karena tidak dapat menemukan komposer di Jatim yang betul-betul fokus dan berorientasi pada musik etnis, termasuk pengembangan musik tradisi pada pengkaryaannya," ujarnya.

Tahun ini, lanjut dia, Taman Budaya Jawa Timur mencoba menghidupkan kembali program Parade Musik yang digelar di penghujung 2017.

Hanya saja, tidak menampilkan karya musik etnik tunggal dengan durasi panjang seperti konsep awal program pada 2011, melainkan dengan durasi pendek dan menampilkan banyak kelompok musik dari berbagai daerah di Jawa Timur.

"Tiap kelompok kami beri waktu tampil maksimal 20 menit. Ada delapan kelompok musik etnik yang diundang untuk tampil di Parade Musik 2017, lima kelompok musik di antaranya dari Surabaya, tiga lainnya dari Banyuwangi, Ponorogo, dan Sumenep," ungkapnya.

Oleh karena itu, kata dia, Parade Musik tersebut digelar selama dua hari, karena ada delapan kelompok musik etnik yang ditampilkan. Pada hari pertama ada empat kelompok musik ditampilkan, demikian juga pada hari kedua.

Ia berharap, komposer asal Jawa Timur yang berbasis etnik seperti ini harus terus dihadirkan setiap tahun.

"Jadi tidak hanya musik band saja. Komposer Jatim yang berorientasi pada etnik dan pengembangan tradisi ini juga harus rutin kita tampilkan," ujarnya. (ant/yps)

Berita terkait