Seminar Marhata Adat, Upaya Melestarikan Budaya Batak

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Toba Samosir menggelar "Seminar Marhata Adat" di Gedung Dojo TB Silalahi Center, Balige.
Seminar Marhata Adat (Foto: Tagar/Alex Siagian)

Tobasa - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Daerah Toba Samosir menggelar "Seminar Marhata Adat" di Gedung Dojo TB Silalahi Center, Pagar Batu, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis, 20 Juni 2019. Seminar ini menghadirkan Direktur Sekolah Guru Huria HKBP Pdt. Demak Simanjuntak, MTh, Direktur Pasca Sarjana USU, Prof. Robert Sibarani, dan Direktur Litbang Keuskupan Agung Medan, Dr. Togar H. Nainggolan sebagai nara sumber.

Pemerhati budaya Batak, Monang Naipospos dan Patuan Raja Bonar Siahaan hadir sebagai pembanding. Sementara peserta seminar adalah para tokoh adat tokoh budaya dari 16 kecamatan di Kabupaten Toba Samosir.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Toba Samosir Audy Murphy Sitorus, seminar ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikan budaya batak yang perlahan kian terkikis. "Ini sangat penting, mengingat pemahaman kaum muda saat ini soal budaya sudah mulai terkikis," ujar Murphy.

Baca juga: Lima Tokoh Batak Paling Berpengaruh, Nomor 4 Bikin Kaget

Dalam seminar ini, berbagai hal soal adat Batak turut dibahas, mulai dari tahapan pesta hingga pemilihan kata yang digunakan dalam umpasa Batak. Monang Naipospos, pemerhati budaya Batak mengatakan saat ini adat Batak seperti pesta perkawinan kini sering dikeluhkan karena memakan waktu yang sangat panjang, bahkan hingga pukul 9 malam. "Jadi bagaimana ini bisa kita ringkas tanpa mengurangi makna dan tujuan adat itu," kata Monang.

Sementara menyoal penggunaan atau pemilihan kata pada umpasa Batak juga turut menjadi perhatian. Menurut Monang, semua kata yang dipilih dalam umpasa (pantun) Batak memiliki filosofi tersendiri, misalnya eme si tamba tua, parlinggoman ni siborok (Padi Tamba Tua/jenis padi, tempat berlindungnya kecebong). Umpasa ini memiliki makna filosofis yang yang berarti bahwa manusia itu adalah mahluk lemah yang butuh perlindungan.

"Jadi bukan sekadar menghubung-hubungkan kata dengan rima yang sama, tapi memang ada filosofinya," kata Monang. []

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.