TAGAR.id - Industri semen merupakan salah satu sumber emisi karbon terbesar di dunia, terutama karena proses produksinya yang melibatkan pembakaran klinker pada suhu tinggi.
Di Indonesia, yang merupakan salah satu produsen semen terbesar di Asia Tenggara, masalah ini menjadi perhatian utama seiring meningkatnya permintaan terhadap produk semen untuk pembangunan infrastruktur. Selain emisi karbon, industri ini juga berkontribusi terhadap degradasi lingkungan melalui penambangan batu kapur dan penggunaan air dalam jumlah besar.
Oleh karena itu, perusahaan semen perlu melakukan inovasi agar dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, salah satunya dengan mengadopsi konsep semen hijau.
Semen hijau mengacu pada jenis semen yang diproduksi dengan mengurangi dampak lingkungan, terutama emisi karbon. Proses produksinya melibatkan berbagai inovasi seperti penggunaan energi terbarukan, material alternatif sebagai pengganti klinker, dan penerapan teknologi yang lebih efisien. Konsep ini mendukung upaya global untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050, sebagaimana diusulkan dalam Perjanjian Paris. Salah satu aspek penting dalam produksi semen hijau adalah penggunaan limbah industri sebagai bahan baku alternatif, seperti abu terbang (fly ash) dari pembangkit listrik atau slag dari proses peleburan baja.
PT Cemindo Gemilang melalui produk Semen Merah Putih berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan dalam industri semen dengan mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan. Pabrik Semen Merah Putih di Bayah, Banten, telah berhasil mengimplementasikan beberapa capaian, antara lain: Inisiatif Pengurangan CO₂ dari Semen Merah Putih telah berhasil mengurangi emisi CO₂ spesifik bersih sebesar 5% per ton semen pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022.
Terkait dengan konsep semen hijau, Commercial Director PT Cemindo Gemilang Tbk., Surindro Kalbu Adi, mengatakan: “Semen hijau atau semen Non-OPC sebenarnya bisa menjadi pilihan utama bagi proyek pemerintah maupun swasta, karena selain lebih ramah lingkungan dengan jejak karbon yang lebih rendah, penggunaan semen non-opc tetap bisa memenuhi spesifikasi teknis yang dibutuhkan namun memiliki kualitas yang sama dengan OPC. Di Semen Merah Putih, kami menambahkan proses produksi berteknologi terkini yang juga ramah lingkungan, sehingga bisa kami pastikan produk kami menciptakan jejak karbon lebih rendah”
Penggunaan bahan bakar alternatif, seperti bahan bakar biomassa, dan peningkatan Thermal Substitution Rate (TSR) hingga 5% pada 2024 diperkirakan akan mengurangi emisi CO₂ sebesar 70.000 ton per tahun. Selain itu, penggunaan Waste Heat Recovery System (WHRS) di pabrik Bayah berhasil mengurangi konsumsi energi hingga 19% di tahun 2023.
Semen Merah Putih juga secara berturut-turut diakui pada Konferensi Tahunan World Annual Conference (WCA) tahun 2023 dan 2024, menerima penghargaan "Continuing Progress in Climate Actions" atas kontribusi signifikan dalam pengurangan emisi karbon dan praktik berkelanjutan. Semen Merah Putih berkomitmen mendukung upaya pemerintah dan kementerian PUPR dalam mendorong pembangunan berkelanjutan. "Salah satunya bahwa kami memastikan kapabilitas dan kemampuan suplai produk semen hijau atau semen Non-OPC Semen Merah Putih, seperti Semen Hidrolis dan Semen Slag, bisa memenuhi kebutuhan proyek strategis nasional," kata Surindro.
Upaya Semen Merah Putih dalam mengadopsi konsep semen hijau memberikan dampak positif baik secara lingkungan maupun ekonomi. Dalam hal lingkungan, langkah-langkah tersebut membantu mengurangi emisi karbon, menghemat sumber daya alam, serta mengurangi limbah industri.
Secara ekonomi, inisiatif ini juga dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional melalui pengurangan konsumsi energi dan penggunaan bahan baku alternatif. Ke depan, peran Semen Merah Putih dalam industri semen hijau diharapkan akan semakin signifikan seiring dengan meningkatnya tuntutan terhadap produk yang ramah lingkungan. []