Sekjen NATO Stoltenberg dan Presiden Turki Erdogan Bahas Permohonan Swedia Bergabung dengan NATO

“Swedia telah mengambil langkah-langkah konkret yang signifikan untuk menanggapi keprihatinan Turki”
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg (kiri), melakukan pembicaraan dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di Istanbul, Turki, hari Minggu, 4 Juni 2023, untuk membahas upaya Swedia untuk bergabung ke aliansi NATO. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id, Istanbul, Turki - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg, bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada hari Minggu, 4 Juni 2023, untuk membahas upaya Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer di kawasan Atlantik Utara (NATO/North Atlantic Treaty Organization - Pakta Pertahanan Atlantik Utara)

Berbicara dalam jumpa pers setibanya di Istanbul, Stoltenberg mengatakan Turki memiliki “kekhawatiran keamanan yang sah” atas permohonan Swedia untuk bergabung dengan blok itu, tetapi dia juga menambahkan bahwa “Swedia telah mengambil langkah-langkah konkret yang signifikan untuk menanggapi keprihatinan Turki.”

“Langkah ini termasuk mengubah konstitusi Swedia, mengakhiri embargo senjata, dan meningkatkan kerja sama kontra-terorisme, termasuk melawan PKK. Undang-undang terorisme baru yang penting telah mulai berlaku beberapa hari yang lalu,” kata Stoltenberg.

markas natoBendera sejumlah negara anggota NATO berkibar di depan markas aliansi militer itu di Brussels, Belgia, 21 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com - Pascal Rossignol/Reuters)

Menanggapi aksi demonstrasi yang berlangsung jalan-jalan di Stockholm untuk menentang rencana Swedia bergabung dengan NATO, Stoltenberg mengaku, “sulit untuk memahami demonstrasi menentang Turki dan NATO di Swedia,” tetapi dia juga mengatakan, “kebebasan berkumpul dan berekspresi adalah nilai inti dalam masyarakat demokratis.”

“Swedia telah memenuhi kewajibannya. Pada saat yang sama, saya mengerti bahwa sulit ketika kita menyaksikan demonstrasi menentang Turki dan NATO di Swedia. Tapi, izinkan saya menjelaskan bahwa kebebasan berkumpul dan berekspresi adalah nilai inti dalam masyarakat demokratis kita. Hak tersebut harus dilindungi dan dijunjung tinggi. Tapi kita harus ingat mengapa demonstrasi ini terjadi,” jelasnya.

Menurut Stoltenberg, penyelenggara demonstrasi ingin menghalangi Swedia bergabung dengan NATO, dan mereka ingin memblokir kerja sama kontraterorisme antara Swedia dan Turki. “Mereka ingin membuat NATO lebih lemah. Kita tidak akan membiarkan mereka berhasil,” tambahnya.

Dia mengatakan mekanisme bersama permanen yang telah dibentuk antara Turki, Swedia, dan Finlandia yang juga mengajukan permohonan menjadi anggota NATO, akan dirundingkan lagi pada bulan Juni ini.

Para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Stockholm pada hari Minggu untuk memprotes Swedia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Protes tersebut juga diikuti oleh para pendukung kelompok Kurdi, PKK. Demonstrasi berlangsung ketika Stoltenberg bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas permohonan Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer itu, yang diblokir oleh Turki.

Turki menuduh Stockholm gagal mengambil langkah-langkah konkret untuk menindak berbagai kelompok, termasuk kelompok Kurdi, yang oleh Ankara dianggap sebagai organisasi teror atau ancaman eksistensial.

Pemerintah kanan-tengah Swedia telah mengambil garis keras tidak hanya terhadap Partai Pekerja Kurdistan atau PKK yang dilarang di Turki, tetapi juga terhadap kelompok milisi Kurdi Suriah YPG dan cabang politiknya, PYD. (lt/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Jerman Sebut Finlandia dan Swedia Harus Masuk NATO Tanpa Penundaan
Menlu Jerman, Annalena Baerbock, yang berkunjung ke kedua negara Skandinavia mengharapkan akses NATO "tanpa penundaan lebih lanjut"
0
Sekjen NATO Stoltenberg dan Presiden Turki Erdogan Bahas Permohonan Swedia Bergabung dengan NATO
“Swedia telah mengambil langkah-langkah konkret yang signifikan untuk menanggapi keprihatinan Turki”