Sejarah Hari Perempuan Internasional 8 Maret

Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tanggal 8 Maret, bermula tahun 1908 ketika 15.000 perempuan berdemo di New York Amerika Serikat.
Ilustrasi Hari Perempuan International. (Foto:Tagar/Pixabay/Geralt)

Jakarta – Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tanggal 8 Maret setiap tahunnya. Perayaan ini, bermula tahun 1908 ketika 15.000 perempuan berdemo di New York, Amerika Serikat, menyuarakan hak tentang peningkatan standar upah dan pemangkasan jam kerja.

Peristiwa ini, kemudian menginspirasi Amerika Serikat dengan menetapkannya sebagai Hari Nasional. Tepatnya pada 28 Februari 1909, dimana Partai Sosialis AS mendeklarasikan Hari Nasional Perempuan Pertama di seluruh negara tersebut.

Pada 2021, Hari Perempuan Internasional mengangkat tema #ChooseToChallenge sebagai penegasan bahwa perempuan dapat memilih untuk menantang serta menyuarakan ketidaksetaraan gender.

Berselang setahun atau pada 1910, saat Konferensi Wanita Buruh Internasional kedua diadakan di Kopenhagen Denmark, Pemimpin 'Kantor Perempuan' Clara Zetkin dari Partai Sosial Demokrat di Jerman, mengajukan gagasan untuk menetapkan Hari Perempuan Internasional.

Ia menyarankan agar setiap tahun di setiap negara harus ada perayaan pada hari yang sama untuk mendesak tuntutan mereka. Melalui konferensi Wanita Buruh Internasional tersebut, saran Clara Zetkin disetujui.

Konferensi perempuan dari 17 negara yang beranggotakan total 100 perempuan itu menyepakati tanggal 19 Maret 1911 sebagai perayaan pertama Hari Perempuan Internasional di Austria, Jerman, Denmark dan Swiss.

Saat itu, lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki ikut dalam demonstrasi Hari Perempuan Internasional dengan mengkampanyekan hak perempuan untuk bekerja, memilih, dilatih, untuk memegang jabatan publik, dan mengakhiri diskriminasi.

Namun, perayaan Hari Perempuan Internasional sempat terhenti akibat tragedi 'Kebakaran Segitiga' yang tragis di New York City. Dalam kejadian tersebut, lebih dari 140 wanita pekerja tewas, kebanyakan dari mereka adalah imigran Italia dan Yahudi.

Insiden tragis sekaligus memilukan itu, menarik perhatian yang signifikan terhadap kondisi kerja dan undang-undang ketenagakerjaan di Amerika Serikat, yang kemudian menjadi fokus acara Hari Perempuan Internasional pada tahun berikutnya.

Akhirnya, Hari Perempuan Internasional disepakati untuk diperingati setiap tanggal 8 Maret setiap tahunnya setelah melalui beberapa pergantian tanggal dan diskusi yang panjang.

Sementara PBB, pertama kali merayakan Hari Perempuan Internasional pada 1975. Berlanjut ke tahun 1996, PBB mengumumkan tema tahunan pertama Hari Perempuan Internasional yaitu “Celebrating the Past, Planning for the Future”, dan diikuti dengan “Women and Human Rights” pada 1998 dan “World Free of Violence Againts Women” di tahun 1999.

Sayangnya, gempita perayaan Hari Perempuan Internasional sempat meredup pada tahun 2000 lantaran dunia sedang berkembang di banyak bidang sehingga feminisme bukanlah menjadi topik yang populer.

Tetapi, pada 2001 saat situs resmi internationalwomensday.com diresmikan, Hari Perempuan Internasional kembali eksis. Penekanan dari peringatan Hari Perempuan Internasional dari saat itu hingga sekarang, difokuskan untuk menunjukkan pencapaian wanita sambil terus menyerukan kesetaraan gender.

Pada 2021, Hari Perempuan Internasional mengangkat tema #ChooseToChallenge sebagai penegasan bahwa perempuan dapat memilih untuk menantang serta menyuarakan ketidaksetaraan gender. []

Berita terkait
Sejarah Hari Kavaleri yang Diperingati Tiap 9 Februari
Hari Kavaleri merupakan hari dibentuknya satuan lapis baja oleh KSAD Kolonel Abdul Haris Nasution.
Sejarah Hari Pers Nasional 9 Februari
Hari Pers Nasional diperingati setiap tanggal 9 Februari bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia.
Sejarah Hari Anti Sunat Perempuan Internasional 6 Februari
Hari Internasional Nol Toleransi Bagi Praktik Sunat Perempuan diperingati setiap tanggal 6 Februari.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.