Sejak 2017, Neraca Perdagangan Jawa Timur Defisit

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyebutkan, neraca perdagangan di Jatim sejak tahun 2017 mengalami defisit
Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) Teguh Pramono saat memberikan penjelasan mengenai pertumbuhan ekonomi di Jatim pada triwulan ketiga di Surabaya, Selasa, 05 November 2019. (Foto: adi suprayitno)

Surabaya - Neraca perdagangan di Jawa Timur (Jatim) sejak tahun 2017 mengalami defisit. Menurut Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Satriyo Wibowo, tahun 2017, defisit neraca perdagangan 2,52 miliar dolar AS. Pada tahun 2018 naik menjadi 5,35 miliar dolar AS. Namun pada tahun 2019, defisit neraca perdagangan turun menjadi 3,05 miliar dolar AS.

"Neraca perdagangan periode 2017-2019 tidak bisa menyampai tahun 2016 yang mengalami surplus 0,36 miliar dolar AS, " kata Satriyo dalam keterangan di Surabaya, Rabu, 15 Januari 2020.

Penurunan ekspor perhiasan menjadi salah satu penyumbang defisit neraca perdagangan

Ia mengatakan penurunan ekspor perhiasan menjadi salah satu penyumbang defisit neraca perdagangan tahun 2019. "Tren ekspor perhiasan memang secara nilai turun hampir 50 persen dari 2016 ke 2017, kemudian dari 2017 ke 2018 dan ke 2019 turunnya relatif stabil," ucap Satriyo sembari menambahkan negara tujuan ekspor permata paling banyak ke Swiss.

Satriyo menambahkan, ekspor Jatim tahun 2019 mencapai 20,28 miliar dolar AS. Sedangkan impor tercatat mencapai 23,34 miliar sehingga terjadi defisit perdagangan. Secara keseluruhan, kinerja ekspor dan impor tahun 2019 lebih rendah dibandingkan tahun 2018.

Menurutnya, ekspor turun 0,49 persen dan impor turun 9,35 persen. "Ekspor sedikit menurun, impor mengalami penurunan lebih tajam," ucap Satriyo. Namun faktor penyebab turunnya ekspor dan impor ini belum diketahui.

Pemerintah berhasil melakukan substitusi impor

Satriyo mengatakan penurunan impor yang lebih tajam dari ekpsor menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam mengupayakan substitusi impor bahan baku. "Konsumsi naik, jadi kemungkinan di situ ada substitusi bahan baku dari dalam negeri," katanya.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi keberhasilan pemerintah Provinsi Jatim dalam mengerem pertumbuhan impor. Impor di Jatim tercatat turun 9,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. "Penurunan impor ini menjadi perhatian presiden. Impor dikurangi, atau subtitusi industri impor ditingkatkan," ujar Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, usai pemaparan refleksi akhir tahun 2019 di Kantor Gubernur Jawa Timur, kemarin.

Presiden Jokowi beberapa waktu lalu telah menginstruksikan agar mengurangi impor. Pemerintah berupaya menekan impor dengan menciptakan industri pengganti barang bahan baku impor.

Ketergantungan Jawa Timur yang terhadap impor mulai berkurang sepanjang tahun 2019. Melambatnya pertumbuhan impor ini tergolong drastis, jika dibandingkan pada 2018 yang bertumbuh sebesar 15,3 persen.

Berdasarkan data dari BPS Jatim , komoditas yang mengalami penurunan impor adalah sektor migas maupun non migas. Impor migas turun 14,97 persen dari 4,645 milliar dolar Amerika Serikat (AS) pada Januari-November 2018, menjadi 3,950 milliar dolar AS tahun berikutnya.

Meski terjadi penurunan, Khofifah menilai belum signifikan mengurangi current account deficit atau defisit transaksi berjalan ekspor impor Jatim. BPS Jawa Timur mencatat sepanjang Januari-November 2019, defisit neraca perdagangan Jatim sekitar 2,73 milliar dolar AS. Dengan rincian ekspor 18,5 milliar dolar AS dan impor 21,3 milliar dolar AS.

Khofifah optimistis defisit neraca perdagangan Jatim bisa terus ditekan. Salah satu caranya adalah mengoptimalkan kehadiran beberapa kilang minyak yang akan dibangun di Jatim. "Kalau misalnya di Tuban (kilang minyak) bisa berjalan itu bisa menambah industri subtitusi kita," ungkapnya.[]

Baca Juga: 

Berita terkait
Jatim Genjot Pertumbuhan Ekonomi untuk Capai Target
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menyebutkan, pertumbuhan ekonomi selama triwulan III 2019 sebesar 5,32 persen.
Program OPOP Diyakini Dorong Perekonomian Jatim
Program One Pesantren One Product (OPOP) bisa menjadi pintu masuk untuk mensejahterakan masyarakat terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Jatim Hanya 3 Persen
Perlambatan ekonomi juga dialami Jatim karena faktor turunya nilai ekspor selama 2019.
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.