Sebatang Kara dan Difabel, Nek Sarmi Kukuh Berhaji

Sarmi merupakan salah satu JCH difabel yang terdaftar di Embarkasi Surabaya.
Nenek Sarmi Rukamin, emaah haji kloter 34 asal Tulungagung Embarkasi Surabaya. (Foto: Tagar/Ihwan Fajar)

Surabaya - Sarmi Rukamim, 78 tahun, jemaah calon haji (JCH) yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 34 Embarkasi Surabaya.

Kedatangan Sarmi di Asrama Haji Sukolilo Surabaya langsung mendapatkan perhatian dari petugas Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Surabaya.

Perhatian khusus diberikan kepada nenek ini karena fisiknya tak sempurna serta masuk dalam kategori jemaah lanjut usia (lansia). Sarmi merupakan salah satu JCH difabel yang terdaftar di Embarkasi Surabaya.

Saat ditemui Tagar di Gedung D2, kamar 118 Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Sarmi terlihat bahagia bisa menjalankan rukun Islam ke lima. Selain kondisi fisiknya tak sempurna sejak dirinya lahir, ternyata Sarmi juga hidup sebatang kara di kampung halamannya Tulungagung, Jatim. "Kondisi saya seperti ini (difabel) sejak ibu melahirkan saya," ujarnya.

Menyandang status difabel ternyata tak membuat Sarmi minder dan tetap semangat menjalankan hidup. Kondisi itulah yang membuat tetangganya menaruh hormat. "Saya tidak mau mikirin kata orang tentang kondisi saya yang seperti ini. Saya enggak minder," ungkapnya.

Sarmi juga menceritakan tentang aktivitasnya di kampung halaman. Meski hanya memiliki satu tangan, tak menyurutkan semangat hidup untuk berkebun menanam umbi-umbian di tanah miliknya yang merupakan warisan orang tua.

Selain berkebun, Sarmi juga berternak ayam serta bebek. Bahkan, rumah miliknya menyatu dengan kandang ayam dan bebek.

Di usianya yang tua, sulit membendung panggilan Allah SWT untuk datang ke Mekkah, Arab Saudi. Harta terakhirnya sawah warisan dari orang tuanya pun ia rela jual untuk memenuhi undangan ke Tanah Suci, Mekkah.

Sarmi menuturkan, sebelumnya dia sudah berkali-kali disarankan untuk menjalankan ibadah umrah daripada berhaji. Tetapi, dirinya tetap kekeuh ibadah haji.

"Adanya (punya apa pun) dijual saja buat daftar. Setelah haji, ya cari (nafkah) lagi," katanya. "Alhamdulillah gusti Allah memberi sehat, karena Allah saya diberi sehat sampai sekarang," sambungnya.

Pengennya cuma menggenapkan rukun Islam yang ke lima. Jadi haji mabrur, jadi bekal buat di akhirat kelak

Tekat kuat nenek ini untuk menjalankan ibadah haji sudah ia tunjukkan dengan sering bolak-balik datang ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Baginya, dengan berhaji bisa menyempurnakan ibadahnya sebagai muslim.

"Pengennya cuma menggenapkan rukun Islam yang ke lima. Jadi haji mabrur, jadi bekal buat di akhirat kelak. Yang penting niatnya kuat dan yakin sama Allah bisa berhaji," pungkasnya.

Berkah Pengrajin Aksesori di Musim Haji

Momen haji ternyata membawa berkah bagi pengrajin aksesori. Pasalnya, musim haji membuat mereka mendapatkan banyak pesanan dari PPIH untuk membuat gelang bagi jemaah haji Indonesia.

Salah satunya, Bias Musasim, 45 tahun, pengrajin asal Jepara yang tiap hari memproduksi ratusan gelang bagi jamaah haji Embarkasi Surabaya.

Ia bersama tujuh rekannya memproduksi ratusan gelang pengenal JCH di Hall E Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Ia datang ke sana sejak 5 Juli 2019 lalu. Sudah berpengalaman sejak tahun 2016, bekerja sejak pukul 08.00 WIB hingga 15.00 WIB.

"Satu hari ada empat kloter. Satu kloter ada 450 orang, bisa dihitung sendiri. Selesai paling jam tiga sore lah," ungkapnya.

Untuk tahun 2019 ini, kata Musasim, sedikit berbeda jika dibandingkan tahun lalu. Gelang tanda pengenal JCH tidak lagi dilengkapi barcode.

"Sekarang lebih mudah. Kalau ini kan cuma pakai maktab, kalau barcode pakai proses pemanasan. Kalau maktab alatnya sama seperti nyetak nama," ujarnya.

Ia menyebut, gelang yang terbuat dari stainless ini tahan karat. Bahkan, jika gelang ini dibuat mandi, akan makin mengkilap.

Gelang pengenal ini wajib dipakai JCH selama berada di tanah suci. Saat ini, Bias mengaku sudah menyelesaikan gelang milik JCH hingga kloter 41.

Sementara Sekretaris PPIH Embarkasi Surabaya, Jamal membenarkan jika tahun ini gelang tanda pengenal jemaah haji tidak dilengkapi barcode. Menurutnya, pemasangan barcode malah menyulitkan JCH.

"Tahun lalu banyak masalah karena barcode, jemaah haji harus antre gara-gara barcode yang sulit terbaca. Jadi tahun ini tidak ada lagi barcode," katanya. []

Baca juga

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.