Nabung dari Tahun 99, Pembuat Tempe Akhirnya Naik Haji

20 tahun dia menunggu, menyelipkan uang untuk tabungan dari mengais rezeki sebagai pembuat tempe.
Kadar Saad Jen (kanan) dan anaknya, Pidin (kiri)‎, saat ditemui Tagar di rumahnya di Desa Sokatengah, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Kadar merupakan calon jemaah haji tertua di Kabupaten Tegal. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)

Tegal - Impian Kadar Saad Jen, 93 tahun, menunaikan ibadah haji akhirnya terwujud. 20 tahun dia menunggu, menyelipkan uang untuk tabungan dari mengais rezeki sebagai pembuat tempe.

Saat ditemui Tagar di rumahnya di RT 3 RW 3 Desa Sokatengah, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis 11 Juli 2019 siang, raut wajah Kadar tampak berseri-seri. Dia seperti tak sabar untuk segera menunaikan rukun Islam yang kelima, tekad yang sudah lama dipancangkannya.

"Bersyukur akhirnya tahun ini bisa berangkat haji," tutur dia, dalam bahasa Jawa.

Saya menabung sejak zaman masih krisis moneter‎ (1999).

Niat Kadar berangkat ke Tanah Suci terwujud setelah sedikit demi sedikit mengumpulkan uang dari bekerja sebagai pembuat tempe. Secercah harapannya dipupuk lewat tabungan yang perlahan diisi sejak 1999, 20 tahun berselang, dia mendaftarkan diri menjadi calon jemaah haji.

Saat mendaftar pada 2014, Kadar baru bisa membayar Rp 26 juta, dari total ongkos naik haji kala itu sebesar Rp 37 juta. Tekadnya yang bulat membuat ibu enam anak itu terus rajin menabung hingga akhirnya seluruh ongkos naik haji bisa dilunasi pada 2018.

"Saya menabung sejak zaman masih krisis moneter‎ (1999). Tabungan memang diniatkan untuk naik haji," ungkap Kadar.

Kadar tercatat sebagai jemaah calon haji (JCH) tertua di Kabupaten Tegal. Dia tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 95 Embarkasi Donohudan, Boyolali, bersama sang anak, Pidin, 65 tahun. Kloter 95 merupakan kloter sapu jagat yang terdiri para CJH lanjut usia dan akan diberangkatkan ke embarkasi pada 4 Agustus 2019.

Pidin pun sangat senang bisa menunaikan ibadah haji bersama-sama dengan ibunya. Dia bahkan tak bisa menahan tangis haru saat menceritakan‎ perjuangan ibunya menabung demi bisa menjadi tamu Allah.

"Saya mendaftar haji bareng ibu. Ibu bayar ongkos haji dari hasil menabung. Setelah mendaftar, harus mengantre dulu selama 6 tahun sampai akhirnya dipastikan bisa berangkat tahun ini," kata dia.

Pidin juga mengaku bangga pada sang ibu. Sebab sampai usianya sudah hampir satu abad, Kadar masih mau bekerja di usaha rumahan pembuatan tempe yang dijalankan anak bungsunya. Padahal Pidin dan anak-anaknya yang lain sudah meminta Kadar untuk beristirahat saja.

"Ibu sudah diminta agar istirahat aja, tidak usah bekerja, biar saya dan anak-anak yang cari rezeki buat naik haji. Tapi, ibu tetap maunya kerja biar bisa nabung," ujar dia.

Pidin berharap dia dan Kadar bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar‎ di Tanah Suci. "Mudah-mudahan juga bisa satu hotel biar saya bisa membantu dan menjaga ibu," kata dia.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.