Satu Dokter Muda di Aceh Terkena Virus Difteri

Saat sedang menunggu jadwal keberangkatan program intensif, dokter itu mengalami demam, dan setelah diperiksa gejala yang dialami sesuai dengan gejala virus difteri.
Dokter muda tersebut terserang difteri bukan karena merawat pasien difteri, sebab dokter tersebut belum pernah merawat pasien difteri. Saat sedang menunggu jadwal keberangkatan program intensif, dokter itu mengalami demam, dan setelah diperiksa gelaja yang dialami itu pun sesuai dengan gejala-gelaja virus difteri. (Ilustrasi)

Banda Aceh, (Tagar 9/3/2018) - Seorang dokter muda terkena virus difteri dan kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Kota Banda Aceh.

Wakil Direktur Pelayanan RSUDZA, Azharuddin mengatakan, dokter muda yang berinisial Z itu terserang virus difteri saat mengikuti program intensif setelah lulus dari kampusnya.

''Seorang dokter, bukan pegawai kita. Jadi dia baru saja menjadi dokter yang lagi menunggu intensif. Jadi setiap dokter yang baru lulus dari fakultas kedokteran yang harus berangkat ke daerah selama satu setengah tahun,'' kata Azharuddin kepada wartawan, Jumat (9/3).

Dikatakannya, dokter muda tersebut terserang difteri bukan karena merawat pasien difteri, sebab dokter tersebut belum pernah merawat pasien difteri. Saat sedang menunggu jadwal keberangkatan program intensif, dokter itu mengalami demam, dan setelah diperiksa gelaja yang dialami itu pun sesuai dengan gejala-gelaja virus difteri.

Kata Azharuddin, beberapa dokter yang merawat pasien difteri tidak terserang penyakit tersebut, bahkan ada dokter sampai tiga kali merawat pasien dalam sehari.

“Jadi jangan ada ketakutan karena sering merawat pasien difteri sehingga terserang juga, itu tidak,” tegas Azharuddin.

Menurut Azharuddin, saat ini kondisi pasien semakin membaik. Diperkirakan, tiga hari ke depan pasien sudah bisa dibawa pulang ke rumahnya.

Hal yang paling menakutkan dari difteri ini, kata dia, adalah jika sudah terkena racun akan membuat jantung lemah. Karena denyut jantung normal biasanya bergerak 80 kali per menit, tetapi kalau sudah terserang racun difteri bisa sampai di bawah 50 denyutan per menit.

“Jika lama-kelamaan bisa tidak berdenyut, ini yang menakutkan,” katanya.

Untuk tahun 2018, pihak rumah sakit sudah menangani sebanyak 58 pasien difteri di Aceh. Namun, kata Azharuddin, tidak semua pasien harus dirawat di rumah sakit, setelah mendapatkan perawatan para pasien kembali ke rumah. Kini sekira tiga orang pasien difteri yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut.(fzi)

Berita terkait
0
Kapolri: Sinergitas TNI-Polri Harga Mati Wujudkan Indonesia Emas 2045
Kapolri menekankan penguatan sinergitas TNI-Polri menjadi salah satu kunci utama dalam menyukseskan dan mewujudkan visi Indonesia Emas.