Jakarta – Saham Renault pada Jumat, 18 Oktober 2019 anjlok 15 persen menjadi sebesar 46,7 euro. Ini merupakan level terendah sejak enam tahun terakhir. Buruknya kinerja saham menjadi pukulan telak bagi perusahaan otomotif asal Prancis pasca penangkapan mantas bos Renault Charles Ghosn. Renault menambah tanda-tanda terjadinya perlambatan di industri otomotif Eropa.
Renault dan mitranya Nissan sama-sama tengah berjuang untuk menghadapi tekanan peraturan emisi yang semakin ketat di Eropa dan juga kebutuhan untuk berinvestasi untuk mobil listrik dan mobil tanpa kemudi di tengah perlambatan industri otomotif.
Pada Kamis malam, 17 Oktober 2019, Renault menyebutkan jika penjualan kemungkinan mengalami penurunan antara 3-4 persen tahun ini dibandingkan tahun lalu. Renault kesulitan untuk pasar yang berada di luar Eropa seperti di Argentina dan Turki.
Perusahaan juga menyatakan jika margin operasi ditetapkan menjadi lima persen dibandingkan tahun lalu yang berkisar enam persen karena berjuang untuk menutupi biaya penelitian dan pengembangan. Banyak pembuat mobil termasuk Renault telah merevisi targetnya meskipun beberapa perusahaan sepert PSA Group induk usaha Peugeot dan Citroen mencoba melawan tren. PSA Group akan merilis pembaruan penjualan pada minggu depan, sama seperti produsen mobil mewah Daimler.
Renault dan Nissan telah membentuk tim manajemen baru untuk memperbaiki kinerja dengan menunjuk Kepala Keuangan Clotilde Delbos sebagai CEO sementara. Nissan juga akan memiliki pimpinan baru.
(Dimas Wijanarko)
- Baca Juga: Enam Mobil Listrik China Mejeng di Pameran Otomotif
- Tujuh Museum Wajib Dikunjungi Pencinta Otomotif