Jakarta - Saham perbankan sejumlah emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan yang cukup tajam dalam beberapa hari terakhir. Ini tentu membuat emiten-emiten ini harus memutar otak untuk merencanakan strategi agar kinerja sahamnya bisa meningkat lagi.
Pengamat pasar modal Siswa Rizali, mengatakan bank lain seharusnya mencontoh PT Bank Central Asia Tbk atau BBCA dalam menerapkan strategi. "Lagi-lagi, seperti BCA, strategi perubahan sudah berjalan sebelum Covid-19. Misal sebagai bank berbasis fee transaksi, mereka investasi besar-besaran untuk menggarap digital bank," katanya saat dihubungi Tagar, Kamis, 10 September 2020.
Terkait bank yang harus menyiapkan strategi, kata Siswa, bank kecil harus realistis dengan rencana untuk ke depannya. "Perhatikan Bank Artos atau sekarang Bank Jago, karena pemilik awal tidak kuat modal, dijual ke yang kuat modal dan diubah menjadi bank berbasis digital," ucapnya.
Menurut dia, pemenuhan rasio kecukupan modal (CAR) menjadi masalah yang wajar terjadi dalam bisnis bank. "Maka pemilik-pemilik bank kecil harus mencari mitra untuk menambah modal lalu melakukan transformasi bisnis. Ini terjadi di Bank Artos (Bank Jago) dan Bank Amar," ujar Siswa.
Sebelumnya, saham perbankan di BEI mengalami anjlok dalam beberapa hari belakangan. Ini berdasarkan 5 dari 6 emiten perbankan besar dan likuid yang melantai di BEI anjlok mendekati level Auto Reject Bawah (ARB) di angka 7 persen. []
- Baca Juga: RUU Bank Sentral Tak Pengaruhi Saham Perbankan Turun
- Dampak Penjualan Saham Bank Permata pada Saham ASII