Jakarta - Kementerian Perindustrian terus memoles industri kosmetik agar semakin "cantik" kinerjanya. Untuk mendongkrak kinerja, Kemenperin akan mendorong pelaku industri kecantikan untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal sebagai bahan baku.
Hal itu menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, mengingat Indonesia kaya dengan keanekaragaman hayati. Langkah itu juga memacu substitusi impor dan mewujudkan kemandirian nasional.
Produk kosmetik saat ini menjadi sebuah tren atau gaya hidup dan konsumennya tidak hanya kaum perempuan saja.
Baca Juga: Girls! 5 Bahan Kosmetik Ini Bahaya untuk Kesehatan
"Untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas industri kosmetik kita, salah satu strategi yang dilakukan adalah mengoptimalisasi teknologi agar bisa menghasilkan inovasi," kata Doddy dalam keterangan tertulis, Minggu, 2 Agustus 2020, seperti dikutip dari Antara.
Hal itu menurutnya, sesuai dengan arah peta jalan Making Indonesia 4.0, sebagai kesiapan memasuki era industri 4.0. Salah satu unit pelaksana teknis (UPT) di bawah BBPI Kemenperin yakni Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) yang berlokasi di Jakarta memiliki fokus litbang pada persediaan kosmetik atau farmasi berbasis bahan alam.
Berdasarkan definisi dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, kosmetik adalah suatu bahan yang diipakai pada tubuh manusia atau bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk membersihkan, mempercantik, mempromosikan daya tarik atau mengubah penampilan.
"Produk kosmetik saat ini menjadi sebuah tren atau gaya hidup dan konsumennya tidak hanya kaum perempuan saja. Selain itu, konsumen semakin menggemari produk perawatan kulit (skincare) yang back to nature," tutur Doddy.
Ia menambahkan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara-negara penghasil produk jamu dan kosmetik berbahan alami, seperti China, Malaysia maupun Thailand. Indonesia memiliki potensi tanaman obat yang banyak tumbuh di berbagai wilayah dengan jumlah sekitar 30.000 spesies dari 40.000 spesies tanaman obat di dunia dan sangat prospektif untuk dikembangkan karena kebutuhan yang sangat potensial di pasar lokal maupun global.
Berdasarkan data BPS, pada triwulan I 2020, kinerja industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (termasuk sektor kosmetik) mengalami pertumbuhan sebesar 5%. Bahkan di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19, kelompok manufaktur ini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa melalui capaian nilai ekspor US$ 317 juta pada semester I 2020, atau naik 15% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Simak Pula: Cara Menghemat Biaya Saat Belanja Kosmetik
"Indikator tersebut menunjukkan bahwa industri farmasi tumbuh pesat dan mampu menyediakan sektiar 70% kebutuhan obat dalam negeri, ucap Doddy. []