Rupiah Kamis Sore Terapresiasi, Perajin Tahu Ancam Naikkan Harga

Rupiah Kamis sore terapresiasi, perajin tahu ancam naikkan harga. Sakiyo akan menaikkan harga tahu dan memperkecil ukuran.
Pekerja memproduksi tempe di kawasan Kemayoran, Jakarta, Kamis (6/9/2018). Produsen tempe mengeluhkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berdampak pada naiknya harga kedelai impor dari sebelumnya Rp 6.500 menjadi Rp 7.700 per kilogram. (Foto: Ant/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, (Tagar 6/9/2018) – Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (5/9) sore, bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp 14.895 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.928 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, laju mata uang dolar AS cenderung tertahan setelah muncul kabar mengenai negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan Kanada mengalami kemajuan.

"Pergerakan dolar AS tertahan di tengah meredanya kekhawatiran terhadap tensi perdagangan global, situasi itu mendukung permintaan aset di negara berkembang," jelas Ariston Tjendra di Jakarta.

NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLARPetugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Kamis (6/9/2018). Kondisi nilai tukar rupiah kembali tergerus terhadap dolar AS dan menembus angka Rp 14.817,00, per dolar pada Kamis (6/9/2018). (Foto: Ant/Reno Esnir)

Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi mata uang domestik relatif masih terbatas mengingat ketegangan dagang Amerika Serikat dan Tiongkok masih dapat meningkat.

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan, pengendalian impor yang diterapkan pemerintah turut menjadi salah satu sentimen yang menopang mata uang rupiah.

"Kebijakan itu dinilai dapat memperbaiki kinerja neraca perdagangan ke depannya," ujarnya.
Kamis (5/9) kemarin, pemerintah mengumumkan kebijakan pengendalian impor barang konsumsi melalui penaikan tarif pajak penghasilan (PPh) impor terhadap 1.147 pos tarif sebagai strategi mengatasi defisit neraca transaksi berjalan.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (6/9), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp 14.891 dibanding sebelumnya (5/9) di posisi Rp 14.927 per dolar AS.

Naikkan Harga

Sementara itu, sekalipun nilai tukar rupiah pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 48 poin menjadi Rp 14.880 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.928 per dolar AS.

Menyusul kenaikan harga kedelai akibat melemahnya rupiah terhadap dolar AS, perajin tahu di Dusun Sumbermulyo, Desa Kepek, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menaikkan harga tahu dan memperkecil ukuran.

Sakiyo, seorang pengrajin tahu di Kabupaten Gunung Kidul mengatakan, dalam beberapa hari terakhir terjadi kenaikan harga kedelai impor yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan tahu.

"Bahan baku kami, terutama kedelai impor mengalami kenaikan. Saat ini harganya sudah naik menjadi Rp 7.400 per kilogram dari sebelumnya yang hanya Rp 6.800 per kilogram," kata Sakiyo di Gunung Kidul, Kamis.

Dia mengatakan akan menaikkan harga jual tahu. Saat ini tergolong murah dibandingkan dengan bahan pokok lainnya. Hal itu lantaran tahu masih dipatok rata-rata Rp 25 ribu/blabak. Pihaknya akan menaikkan harga menjadi Rp 28 ribu/blabak.

"Kenaikan masih akan dibicarakan dengan seluruh perajin yang ada di sini, sementara memperkecil ukurannya dulu untuk beberapa jenis tahu," tuturnya.

Dia berharap, dengan kondisi seperti ini harga dolar segera turun sehingga harga kedelai impor akan cepat turun.

"Harapan kami harga bahan baku kembali turun sehingga pengeluaran kami juga tidak membengkak," ucapnya.

Perajin tahu lainnya, Agung Gunawan mengaku omsetnya menurun karena banyaknya warga yang sedang hajatan.

"Harganya belum dinaikkan, menunggu kesepakatan bersama dulu. Semoga harga kedelai segera stabil sehingga tidak perlu menaikan harga," terangnya.

Di samping itu, sulitnya mencari kedelai lokal menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi para pengrajin.

"Kedelai lokal sebenarnya lebih baik dibandingkan kedelai impor. Tetapi pedagang di sini jarang menjual karena di tingkat petani tidak banyak yang menanam kedelai lokal," ujarnya. []

Berita terkait