Jakarta - Direktur Rumah Politik Indonesia (RPI), Fernando EMaS, menilai sangat kalau PDI Perjuangan selalu menganggap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai 'musuh abadi' mereka, walaupun dalam politik ada istilah tidak ada musuh abadi.
PDIP, Megawati dan para kader, menurut Fernando, sepertinya masih terus mengingat peristiwa yang terjadi tahun 2004 lalu. Peristiwa bermula saat Megawati merasa dikhianati oleh SBY yang menjadi pembantunya pada saat itu.
"Berdasarkan informasi SBY sempat ditawari Megawati menjadi wakilnya pada Pilpres 2004 namun SBY menolak dengan sudah puas dengan posisinya di Kabinet. Megawati mungkin merasa yakin dengan pernyataan SBY tersebut karena di pada saat awal dilantik SBY sempat membisikkan pada Megawati akan mengawal sampai 2009," katanya.
"Jadi sangat wajarlah kalau Megawati dan para kadernya begitu marah terhadap SBY karena merasa dibohongi dan dikhianati. Mungkin Megawati menganggap SBY sebagai mantan Jenderal yang memikiki jiwa ksatria dan jujur ternyata tidak karena apa yang disampaikan tidak sesuai dengan kenyataan yang dilakukan," kata Fernando.
Ternyata masih lebih ksatria dan jujur Yusril Ihza Mahendra, yang secara terus terang mengatakan akan berhadapan dengan Megawati pada pilpres 2004 pada saat ditawari mendampingi Megawati sebagai wapres.
Ditegaskan Fernando, sikap Yusril Ihza Mahendra dianggap lebih ksatria yang saat itu mengatakan secara lantang akan berhadapan secara politik dengan Megawati di pemilihan presiden 2004 silam meski telah ditawarin secara cawapres.
"Ternyata masih lebih ksatria dan jujur Yusril Ihza Mahendra, yang secara terus terang mengatakan akan berhadapan dengan Megawati pada pilpres 2004 pada saat ditawari mendampingi Megawati sebagai wapres," tegasnya.[]