Jakarta - Ribuan warga Brasil hari Minggu, 24 Januari 2021, kembali turun ke jalan sebagai hari kedua berturut-turut menyerukan pemakzulan Presiden Jair Bolsonaro. Bolsonaro dikecam luas karena tanggapannya yang lambat terhadap pandemi virus corona yang sudah menewaskan lebih dari 216.000 orang.
Laporan situs independen, worldometer, sampai tanggal 24 Januri 2021 jumlah kasus virus corona di Brasil mencapai 8.816.254 dengan 216.475 kematian. Jumlah kasus ini menempatkan Brasil di peringkat ke-3 dunia setelah India dan Amerika Serikat (AS). Sedangkan jumlah kematian Brasil di peringkat ke-2 dunia setelah AS.
Presiden Jair Bolsonaro sendiri pernah sesumbar bahwa infeksi virus corona tidak lebih buruk daripada infeksi flu. Bolsonaro sendiri pernah dikabarkan tertular virus corona.
Dengan membunyikan klakson mobil, warga berpawai di jalan-jalan kota Rio de Janeiro, Sao Paulo dan puluhan kota lainnya, sambil meneriakkan kalimat “Turunkan Bolsonaro!” “Saya kehilangan 23 teman akibat flu “sepele” ini,” ujar Patricia Arantes, merujuk pada pernyataan Bolsonaro sebelumnya soal virus corona.
Demonstrasi hari Minggu, 24 Januari 2021, ini dilakukan oleh kelompok-kelompok konservatif yang sebelumnya mendukung Bolsonaro, sementara demonstrasi hari Sabtu, 23 Januari 2021, dilakukan oleh kelompok kiri.
Dalam beberapa minggu ini Bolsonaro dikecam luas karena menangguhkan dimulainya vaksinasi dan ambruknya sistem kesehatan di kota Manaus, di mana terjadi antrian panjang untuk mendapatkan perawatan di unit perawatan intensif di rumah-rumah sakit dan kelangkanaan oksigen medis.
Presiden Bolsonaro telah sejak lama menolak memberlakukan lockdown, dengan mengatakan kehancuran ekonomi akan lebih parah dibanding penyakit itu.
Survei terbaru yang dilakukan Datafolha pada tanggal 20-21 Januari menunjukkan anjloknya dukungan terhadap Bolsonaro dari 37% pada Desember 2020 lalu, menjadi 31% – penurunan dukungan terbesar dalam satu tahun sejak ia mulai menjabat (em/jm)/voaindonesia.com. []