Jakarta - Ketua Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) Radhar Panca Dahana menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tuli atau budek tidak ingin mendengar aspirasi dari seniman maupun budayawan terkait proyek revitalisasi di TIM.
Kami sudah bicara dengan anak buahnya, deputinya, sekdanya, Jakpro, kami ke DPRD, tapi gubernur budek.
Hal itu diungkapkan Radhar usai melaksanakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR, perihal adanya proyek revitalisasi TIM yang dilakukan oleh BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
"Kami sudah bicara dengan anak buahnya, deputinya, sekdanya, Jakpro, kami ke DPRD, tapi gubernur budek. Enggak mau dengar. Kami cuma mau bilang, ayo kami ngomong, susahnya apa ngomong, enggak mau ngomong," katanya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 17 Febuari 2020.
Radhar mengatakan, Pemprov DKI menjalankan proyek revitalisasi TIM tanpa komunikasi terlebih dahulu dengan seniman dan budayawan yang telah lama berkegiatan di TIM. Kini, revitalisasi TIM telah masuk tahap II, Galeri Cipta III dan Gedung Graha Bhakti Budaya sudah dirobohkan untuk menyukseskan pembangunan.
"Karena budeknya itu, tiba-tiba dibentengi semua TIM itu. Kita enggak boleh masuk, di dalam dia menghancurkan semua yang selama ini menjadi rumah ibadah kami, beberapa seniman kan seni sudah agama mereka. Karena beberapa orang lain kan, kesenian sudah agama mereka, hidup mereka. Itu dihancurkan tanpa ngomong apa-apa. Kita bilang berhenti dulu, ngobrol dulu. Maunya gimana?" ujarnya.
Maka itu, kata Radhar, gerakan SaveTIM telah bergulir sejak revitalisasi dimulai oleh Anies melalui Pergub nomor 63 Tahun 2019. Menurutnya, Anies telah mempertunjukkan kekuasaannya secara semena-mena dengan memperlihatkan secara jelas arogansi pemerintah daerah kepada masyarakat kesenian dan kebudayaan.
"Arogansi ini dilakukan bukan hanya untuk menghina kebudayaan, tapi membunuh kebudayaan. Jadi apa yang dihancurkan Jakpro itu. Gedung-gedung itu, semua uang dihancurkan bukan hanya fisik atau materiel saja, tapi juga jiwa dari para seniman dan budayawannya, karena dua tahun mereka akan menganggur," kata dia.
Radhar mengatakan seniman dan budayawan yang berkegiatan di TIM selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Mulai dari, berdiskusi, berkolaborasi, menciptakan karya, melakukan pentas seni, hingga membuat pameran.
"Sekarang dihancurkan begitu saja. Kalau orang bikin jalan baru, dia kasih alternatif enggak? Kalau orang bikin sekolah karena runtuh, dikasih ruang alternatif, ini enggak dikasih alternatif sama sekali. Jadi jangankan alternatif, dia berdiskusi pun tidak. Dia baru jadi gubernur kemarin, ini jadi seniman sudah 50 tahun, kok enggak dianggap," tutur dia. []