Jakarta, (Tagar 11/2/2019) - Habib Luthfi Bin Yahya menyematkan gelar Syaikh Abdus Shamad untuk Ustaz Abdul Somad atau UAS yang bersilaturahmi ke kediamannya di Pekalongan, Jawa Tengah pada Ahad, 10 Februari 2019.
Alasan Habib Luthfi memanggil UAS dengan sebutan tersebut supaya terdengar seperti ulama Nadhlatul Ulama (NU).
Selanjutnya Luthfi berpesan kepada UAS agar siap berikrar membesarkan NU. Menurutnya, UAS bukan hanya kader NU yang kapabel, di lain sisi juga memiliki bekal ilmu, bahkan nasab yang tinggi dari kakeknya, Syaikh Abdurrahman.
"Saya back up antum sepenuhnya, siapa yang berani menghalangi," tutur Habib Luthfi kepada UAS.
Diketahui, selama UAS berada di Pulau Jawa, ia juga bersilaturahmi dengan kyai sepuh NU lainnya. UAS melakukan perjalanan spiritual bertemu dengan Maimun Zubair alias Mbah Moen dan Taj Yasin Maimun atau (Gus Yasin).
UAS yang memiliki basis massa jamaah yang cukup kuat di Sumatera, disambut hangat oleh para ulama NU di tanah Jawa. Dengan kunjungannya ini, membuat dia digadang-gadang publik mulai merapat ke barisan pendukung petahana.
Penceramah Ustaz Abdul Somad akrab disapa UAS (kanan) silaturahmi dengan Habib Luthfi bin Yahya di Pekalongan Jawa Tengah, Jumat 8 Februari 2019. (Foto: Instagram/Ustaz Abdul Somad)
Pengamat politik Wasisto Raharjo Jati menilai, sebagai seorang Nadhlyyin, kunjungan UAS ke kyai sepuh NU murni dinilainya sebagai silaturahmi. Kedatangan UAS belum tentu bermakna sebagai sinyal politik.
"Saya pikir itu. UAS kan juga seorang nahdlyyin juga. Itu wujud silaturahmi kultural saja dengan kiai sepuh," kata Wasisto, dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar News, Senin 11 Februari 2019.
"Ya memang secara eksplisit NU mengarah ke paslon 1, tapi itu kan beberapa elitenya saja," sambungnya.
Di lain sisi, Wasisto melihat sosok UAS sebagai ulama kondang di Sumatera dapat dijadikan corong utama untuk mendulang suara pada Pemilu 2019, baik bagi kubu petahana maupun untuk oposisi. Sebab, jamaah nya saat ini terbilang cukup banyak. Di akun media sosial Instagram saja, UAS diketahui memiliki 7,5 juta pengikut.
"Basis massa jamaah UAS cukup kuat di Sumatera. Faktor itulah yang menjadi pertimbangan politik para paslon tuk mendekatinya agar bisa meraih simpati jamaahnya. Lalu, basis NU memang terbesar di Jawa, di luar Jawa mereka mesti bersaing dengan ormas islam lain misalnya Nahdlatul Wathan di NTB, persis di Riau dan Sumbar. Munculnya UAS dengan banyak jamaah ini jelas investasi politik," imbuhnya.
Namun, menurut Wasisto, ada kemungkinan dalam pilpres ini UAS akan bersikap netral, tidak mengisyaratkan keberpihakannya ke kubu manapun. Mengingat konsekuensi seorang ulama menjadi tak baik bagi jamaahnya, apabila terlabelisasi sebagai pendukung capres.
"Saya pikir UAS tidak memiliki tendensi politik manapun. Itu kan sebenarnya hanya pancingan publik saja tuk mengetahui langkah politik UAS. Bahkan, saya pikir UAS sadar benar dengan konsekuensi itu, dan akan memilih netral," tandasnya.
Baca juga: UAS Dibaiat Habib Luthfi, Netizen: Semua Akan NU Pada Waktunya