Semarang – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani menyatakan Pancasila atau gotong royong menjadi kata kunci pemerintahan Presiden Jokowi membangun manusia dan kebudayaan Indonesia.
Demikian dikatakan Puan saat menjadi keynote speaker dalam diskusi bertema ‘Manusia dan Politik Kebudayaan’ di kampus Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah, Jumat 26 Juli 2019.
"Membangun manusia dan kebudayaan Indonesia diarahkan pada pembentukan kualitas warga negara, masyarakat dan budaya, yang berlandaskan pada kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Pancasila atau gotong royong," ungkap dia.
Cucu dari Proklamator Indonesia, Soekarno itu kemudian menyitir pidato kakeknya di acara HUT RI pada 17 Agustus 1966. Soekarno saat mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa keahlian adalah perlu. Namun keahlian tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya.
"Inilah perlunya, sekali lagi mutlak perlunya nation and character building," tegasnya.
Dalam konteks pembangunan karakter bangsa tersebut, lanjut Puan, maka membangun manusia dan kebudayaan Indonesia juga harus diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan Indonesia. Yakni manusia Indonesia yang menghormati nilai luhur budaya bangsa, memahami akar kepribadian bangsa.
"Bangsa yang ramah, toleran, religius dan bergotong royong," sambung dia.
Karenanya mari kita jaga dan jangan sampai kita merasa memiliki ketika sudah kehilangan
Puan menambahkan, ada empat hal yang jadi fokus utama kebijakan pemerintahan Jokowi dalam membangun manusia dan kebudayaan Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Strategi tersebut menjadi jurus jitu Indonesia menghadapi perubahan dan tantangan zaman.
Adalah memperkuat budaya inklusif, toleran dan ber-Bhineka Tunggal Ika. Kemudian membangun, memiliki karakter dan kemampuan daya saing dalam menghadapi kemajuan teknologi, industri dan keterbukaan informasi. Juga membudayakan nilai integritas, etos kerja dan gotong royong dalam setiap kehidupan bermasyarakat. Serta mengembangkan kebudayaan untuk kesejahteraan rakyat, pelestarian, dan kekayaan kebudayaan nasional.
Tidak Sekadar Retorika
Rektor Undip Prof Yos Johan Utama mengingatkan agar masyarakat Indonesia bersyukur lantaran hidup di negara yang berdasarkan Pancasila. "Karenanya mari kita jaga dan jangan sampai kita merasa memiliki ketika sudah kehilangan," tegasnya.
Bagi Yos, Pancasila sebagai falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara juga diterapkan di lingkungan universitas yang dipimpinnya. Bukan sekadar retorika namun telah dibuktikan lewat beragam kebijakan kampus. Salah satunya adalah pemilihan rektor yang didasarkan pada semangat musyawarah mufakat
"Selain itu, dari sekitar 55 ribu mahasiswa Undip, 30 persennya berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka kami sayangi dan tidak dibeda-bedakan," imbuh dia.
Lewat seminar yang digagas Ikatan Alumni (IKA) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip tersebut, Yos berharap ada pencerahan kembali mengenai politik kebudayaan berdasar Pancasila.
"Yang akan membawa Indonesia ke arah lebih baik, maju, dan membawa perdamaian dunia," pungkas dia. []
Baca juga:
- Besok Pagi, Puan Maharani Bahas Politik di Undip Semarang
- Ganjar Pranowo vs Puan Maharani dalam Pilpres 2024