Makassar - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV Makassar memastikan bahwa kegiatan atau operasional tidak akan dilakukan penutupan di Pelabuhan Papua, Provinsi Papua. Garansi itu karena PT. Pelindo meminta puluhan Marinir TNI Angkatan Laut untuk melakukan pengamanan.
"Keributan ini tidak mengganggu kegiatan atau operasional pelabuhan dan pelabuhan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dan kita juga menggaransi dengan menyiagakan prajurit Marinir TNI AL untuk menjaga kelancaran operasional dalam pelabuhan," kata Direktur Umum (Dirut) PT.Pelindo IV Makassar, Farid Padang, saat ditemui dikantornya, Jumat 30 Agustus 2019.
Prajurit Marinir yang akan disiagakan di Pelabuhan Papua sebanyak 60 hingga 70 prajurit. Mereka telah dijadwalkan akan tiba hari ini (Jumat) di Pelabuhan Papua.
"Insyaallah prajurit Marinir hari ini akan datang ke terminal pelabuhan sekitar 60 hingga 70 orang. Supaya, bisa mengamankan saat distribusi barang yang operasionalnya kita tidak tutup, dan tetap terbuka," tambahnya.
Farid Padang menceritakan bahwa keributan di Pelabuhan Papua terjadi Kamis 29 Agustus 2019, sekitar pukul 16.00 WIT. Keributan yang berujung pembakaran itu bermula dari massa yang ditaksir berjumlah 3.000 orang melakukan unjuk rasa di Kantor Gubernur.
Pada saat massa melintas di Jalan Arteri Papua, mereka melewati Pelabuhan. Akibatnya, sebagian oknum massa singgah di Pelabuhan Papua dan melakukan pelemparan hingga pembakaran. Kantor Bea Cukai pun di bakar dan sementara kantor Pelindo mengalami rusak parah pada bagian kaca jendela.
"Didalam pelabuhan, terbakar kantor Bea Cukai dan kantor Pelindo juga mengalami sejumlah kerusakan pada kaca-kaca. Setelah berhasil diatasi kebakaran tersebut, namun masih ada massa yang kemudian membakar satu unit mobil Reach Steaker (pengangkut kontainer dalam pelabuhan) PT Pelindo dan beberapa kerusakan lain," bebernya.
Meski ada pembakaran kantor dan pelemparan, beruntung tidak ada korban. Farid mengaku jika seluruh pegawai ditaksir mencapai 100 lebih, semuanya selamat. Tapi, mereka para pegawai tidak dibiarkan untuk meninggalkan area Pelabuhan, sehingga terpaksa menginap di kapal sandar atau yang menunda pemberangkatan. Sementara, kapal kontainer yang beroperasi pada saat keributan, terpaksa berlabuh atau labuh jangkar dan meninggalkan ke pelabuhan untuk menyelamatkan diri.
"Seluruh pegawai yang berada didalam pelabuhan semua berhasil diselamatkan. Ada 20 pegawai itu merupakan warga asli Papua sehingga melindungi pegawai lainnya yang non Papua. Mereka menginap di kapal tunda itu termasuk juga pegawai Bea Cukai. Dan untuk konsumsinya, saya minta agar pegawai Papua asli yang membeli diluar," bebernya. []
Baca juga:
- Jokowi Disarankan Berkantor di Papua
- Nama Dua Tersangka Ujaran Rasis ke Mahasiswa Papua
- Pengamat Teroris Ungkap Dalang Kerusuhan di Papua