Paris – Para pengunjuk rasa berkumpul di luar kedutaan Rusia di Paris, Prancis, pada hari Selasa, 22 Februari 2022, untuk memprotes agresi Kremlin yang sedang berlangsung di wilayah perbatasan antara Rusia dan Ukraina.
Yannick Jadot, kandidat lingkungan dari partai EELV (Europe Ecologie Les Verts) untuk pemilihan Presiden Prancis, menyerukan protes tersebut.
Aktivis politik dan juga anggota komunitas Ukraina, Georgia, dan Belarusia terlihat membawa bendera masing-masing negara asal mereka. Jadot menuduh Putin ingin “mengakhiri demokrasi dan kedaulatan Ukraina.”
Sementara itu pengunjuk rasa menyatakan harapan bahwa sanksi ekonomi yang lebih keras akan mengirim pesan kepada pemimpin Rusia itu.
Diaspora Ukraina melakukan unjuk rasa di Chicago, AS, 22 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com/VOA)
Aktivis politik dan juga anggota komunitas Ukraina, Georgia, dan Belarusia terlihat membawa bendera masing-masing negara asal mereka. Jadot menuduh Putin ingin “mengakhiri demokrasi dan kedaulatan Ukraina.”
Sementara itu pengunjuk rasa menyatakan harapan bahwa sanksi ekonomi yang lebih keras akan mengirim pesan kepada pemimpin Rusia itu.
Oliver Ash, seorang peserta aksi protes dari Paris, menyebut sanksi Inggris terhadap lima bank Rusia dan tiga warga negara Rusia “sangat menyedihkan.” “Perlu (sanksi yang) lebih luas dari itu, lebih jauh dan segera,” tambahnya.
Sebelumnya pada hari yang sama Jerman mengambil langkah untuk menghentikan proses sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia (lt/ps)/Associated Press/voaindonesia.com. []
PBB Sebut Rusia Melanggar Kedaulatan Ukraina
Reaksi Dunia Atas Tindakan Rusia Terhadap Ukraina
Warga Ukraina di Amerika Unjuk Rasa
Anggota Kongres Amerika Desak Biden Menghukum Putin