Jakarta - Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Rieke Diah Pitaloka membenarkan pencopotan dirinya dari posisi Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR. Rieke membantah penggeseran dirinya tersebut bukan karena polemik RUU HIP.
Ia mengatakan pergantian anggota fraksi di posisi pimpinan maupun anggota Alat Kelengkapan Dewan (AKD) merupakan hal biasa.
“Rolling (pergantian) anggota fraksi di pimpinan dan anggota AKD kan hal biasa. Tugas saya dari Partai dan Fraksi di Baleg sudah selesai, karena ada penugasan lain yang tidak kalah penting,” kata Rieke saat dikonfirmasi di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 9 Juli 2020.
Pada saatnya, publik akan tahu juga. Pokoknya tugas yang penting dan perlu konsentrasi penuh. Cukup berat, mohon doanya dari seluruh rakyat Indonesia. Bismillah.
Kendati demikian, Rieke enggan membeberkan ke publik terkait posisi yang akan diembannya nanti. Menurutnya, pada saatnya nanti masyarakat akan mengetahui tentang tugas yang diberikan partai kepadanya.
“Pada saatnya, publik akan tahu juga. Pokoknya tugas yang penting dan perlu konsentrasi penuh. Cukup berat, mohon doanya dari seluruh rakyat Indonesia. Bismillah,” ujar mentan pemeran Oneng dalam sinetron Bajaj Bajuri itu.
Profil Rieke Diah Pitaloka
Rieke Diah Pitaloka Intan Permatasari lahir di Garut, Jawa Barat pada 8 Januari 1974. Ia mengawali karirnya sebagai aktris sinetron. Dari sekian banyak sinetron yang pernah dibintanginya, sinetron komedi (sitkom) Bajaj Bajuri yang paling mengorbitkan namanya.
Dalam sitkom itu ia beradu akting dengan komedian Mat Solar yang berperan sebagai seorang supir bajaj bernama Bajuri. Rieke berperan sebagai Oneng, istri Bajuri, yang berkarakter polos bahkan terkesan polos.
Selain itu, Rieke juga menjajal dunia teater. Ia terus menggali potensinya dalam berakting dan berusaha untuk melepaskan cap sebagai Oneng yang selama bertahun-tahun melekat padanya. Meski terbilang sukses, nampaknya peran tersebut lama kelamaan membuatnya jengah.
"Aku ingin image Oneng yang o’on hilang dari diriku makanya lewat pementasan ini aku akan coba mengikis image tersebut sedikit demi sedikit," ungkapnya pada acara jumpa pers pementasan teater yang berjudul 'Cipoa' yang digelar pada Juni 2007.
Setelah berkecimpung dalam dunia seni peran, Rieke akhirnya mencoba untuk terjun ke dunia politik. Selama aktif dalam di politik, ia mengaku sering mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan lantaran terlalu vokal menyuarakan aspirasi rakyat.
Bahkan, Rieke kerap mendapat ancaman dari oknum-oknum yang berseberangan pemikiran dengannya. Tapi hal itu tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk terus menyuarakan aspirasi rakyat.
Sebelum di PDIP, Rieke pernah menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar.
Setelah resmi gabung di PDIP, Rieke kemudian maju sebagai calon DPR pada Pileg 2009. Karena tingkat popularitasnya yang tinggi, ia berhasil lolos ke senayan melalui Daerah Pemilihan Jawa Barat II (Kabupaten Bandung dan Bandung Barat) sebagai anggota DPR periode 2009-2014.
Pada 2012 Rieke mundur dari DPR untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Barat berpasangan dengan Teten Masduki pada pilkada tahun 2013, namun gagal.
Di tengah kesibukannya sebagai legislator, Rieke masih sempat melanjutkan pendidikan bidang filsafat dan sastra, perempuan yang kerap disapa Keke ini meneruskan studinya ke jenjang S-2 jurusan Filsafat Universitas Indonesia (UI).
Tesisnya yang berjudul Banalitas Kejahatan: Aku yang tak Mengenal Diriku, Telaah Hannah Arendt Perihal Kekerasan Negara sudah dijadikan buku dengan judul Kekerasan Negara Menular ke Masyarakat terbitan Galang Press. Peluncuran buku tersebut dilakukan pada 19 Oktober 2004 bertempat di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki.
Rieke menikah dengan seorang dosen filsafat Universitas Indonesia bernama Donny Gahral Adian, yang kini menjabat staf khusus presiden, pada Sabtu, 23 Juli 2005, di kediaman orangtua Rieke di Garut, Jawa Barat.
Ia melahirkan bayi pertamanya pada 11 Maret 2009 pukul 15.20 WIB di Rumah Sakit Boromeus Bandung. Bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2,9 kg dan panjang 51 cm itu diberi nama Sagara Kawani Adiansyah, yang dalam bahasa Sunda berarti lautan keberanian.
Pendidikan
- Program Pasca Sarjana Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), 2001-2004
- Fakultas Sastra Jurusan Sastra Belanda Universitas Indonesia (UI), 1994-2000
- SMU Negeri 1, Garut, 1990-1993
- SMP Negeri 2, Garut, 1987-1990
- SD Yos Sudarso, Garut, 1981-1987
Non Formal:
- Kursus Filsafat di Extention Course Programme Driyakara School of Philosophy Jakarta, 2000
- Kursus Bahasa Inggris di The British Institue Jakarta, 2000
Karier
- Anggota DPR RI Periode 2009-2014
- Aktris
- Pendiri Yayasan Pitaloka
Organisasi
- Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPP PDI Perjuangan, 2008-sekarang
- Star Fellow of Greenpeace Jakarta, 2006-sekarang
- Ketua Yayasan Pitaloka, 2006-sekarang
- Gerakan Mahasiswa UI (Aliansi Pro Demokrasi Anti Militerisme), 1998. []
Baca juga:
- Profil Maria Pauline Lumowa, Bobol BNI Rp1,7 Triliun
- Profil Edhy Prabowo, Menteri Kelautan Kontroversial