Profil Rhoma Irama, Dangdutan di Tengah Corona

Rhoma Irama menuai kontroversi usai bernyanyi pada acara khitanan putra Surya Atmaja di Kabupaten Bogor. Berikut sepak terjang sang Raja Dangdut.
Raja dangdut Rhoma Irama berulang tahun ke-73 pada 11 Desember 2019. (Foto: Instagram/rhoma_official)

Jakarta - Rhoma Irama kembali menuai kontroversi usai bernyanyi pada acara khitanan putra Surya Atmaja di Desa Cibunian, Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu, 28 Juni 2020.

Bupati Bogor Ade Yasin menyatakan kekecewaannya atas tindakan Rhoma dan penyelenggara acara yang dinilai telah melanggar komitmen. Pasalnya, beberapa hari sebelum acara digelar, pihak pemerintah kabupaten Bogor telah mengirimkan surat kepada penyelenggara dan Rhoma Irama terkait larangan atas acara tersebut. Kedua belah pihak telah sepakat untuk membatalkan acara.

Tim sudah ke sana dan mereka berkomitmen tidak akan melaksanakan, termasuk statement dari Rhoma Irama, jadi kita percaya itu.

"Tim sudah ke sana dan mereka berkomitmen tidak akan melaksanakan, termasuk statement dari Rhoma Irama, jadi kita percaya itu," ujar Ade di Bogor, Senin, 29 Juni 2020.

Akibatnya, baik Rhoma maupun pihak penyelenggara acara terancam diproses hukum karena telah melanggar Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 35 tahun 2020 tentang kegiatan yang mengumpulkan massa di zona merah kecamatan di masa pandemi virus Corona.

Rhoma Irama merupakan salah satu musisi kebanggaan Tanah Air. Pria yang lahir dengan nama Raden Oma Irama ini dikenal dengan julukan "Raja Dangdut".

Rhoma IramaRaja dangdut Rhoma Irama akhirnya ikut merespon Rancangan Undang-undang Permusikan. (Foto: Instagram/Rendy Frebrianto)

1. Karier Musik dan Film

Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Desember 1946 ini mengawali kariernya di dunia seni peran. Namanya mulai dikenal kala membintangi film anak-anak berjudul "Djendral Kantjil" yang rilis pada 1958.

Rhoma mulai terjun ke dunia musik sejak usia 11 tahun. Sebelum membentuk Soneta pada 1973, Rhoma pernah beberapa kali membentuk band, salah satunya Gayhand yang dibentuk pada 1963. Selain itu, dia juga pernah bergabung bersama Orkes Chandra Leka.

Sejak dibentuknya Soneta, nama Rhoma Irama kian melejit. Dia mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" dan menjadi agen pembaru yang memadukan unsur rock dalam musik melayu dengan aransemen lirik, syair, kostum, hingga penampilan panggung.

Kehadirannya dalam kancah seni musik Indonesia mendapat sambutan hangat dari para musisi pada zamannya, salah satunya dari vokalis band rock God Bless, Achmad Albar, yang menyebut Rhoma sebagai pionir dari genre musik dangdut, dan setiap lagunya memiliki cita rasa yang berbeda.

Dangdut yang kala itu dianggap sebagai musik kampungan, berhasil dipatahkan oleh Rhoma. Selain dari lagu-lagu yang diciptakan, hal itu juga dibuktikan dengan instrumen-instrumen mahal yang sering dipakai Rhoma kala membawakan lagu-lagunya di atas panggung. Sebagai seorang musisi, Rhoma dikenal sering bergonta-ganti gitar. 

Beberapa gitar yang pernah dipakai, di antaranya Fender Telecaster Deluxe, Fender Stratocaster CBS, Steinberger GM1T, Soneta Record "SR" Guitar, Fender Stratocaster CBS White, dan masih banyak lagi.

Rhoma terbilang sebagai salah satu musisi dengan jumlah penggemar terbanyak di Indonesia. berdasarkan data dari penjualan kasetnya hingga 1984, tercatat setidaknya 10% penduduk Indonesia merupakan penggemar Rhoma Irama. Tak cuma di Tanah Air, namanya juga dikenal luas di kancah musik internasional. Rhoma juga sukses membawa musik dangdut berdendang ke sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, hingga Brunei Darussalam.

Di tengah kesuksesannya dalam bermusik, Rhoma tetap melakoni dunia akting. Tak kalah dengan karier musiknya, beberapa film yang dibintangi Rhoma Irama juga laris di pasaran. Salah satu filmnya yang paling terkenal, Satria bergitar, bahkan disebut-sebut menuai untung besar hingga ratusan juta kala memilih Rhoma sebagai pemeran utama.

Rhoma IramaRaja dangdut Rhoma Irama. (Foto: Instagram/rhoma_official)

2. Menjajal Dunia Politik

Pada masa pemerintah Orde Baru, Rhoma mulai menjajal dunia politik. Tak bertahan lama, karier politik Rhoma saat itu tak semujur karier musiknya. pemerintah Orde Baru disebut-sebut memusuhi rhoma lantaran Raja Dangdut itu enggan bergabung dengan Partai Golongan Karya (Golkar).

Namun, pada pada 1993, Rhoma kembali muncul di kancah perpolitikan dengan menduduki kursi DPR sebagai perwakilan kalangan seniman. Pada 2004, Rhoma juga tampil di acara kampanye Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Rhoma IramaRaja dangdut Rhoma Irama. (Foto: Instagram/rhoma_official)

3. Sering Menjadi Objek Penelitian Dunia Pendidikan

Rhoma sempat berkuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta. Namun, dia memutuskan keluar karena menurutnya "belajar di luar lebih asyik dan menantang". Kendati demikian, Rhoma kerap menjadi objek penelitian para mahasiswa, baik dalam maupun luar negeri.

Sosoknya sebagai musisi perintis dangdut juga menjadi sorotan dunia pendidikan Internasional. Pada 2005, Rhoma memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut. Namun, gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak. 

Pasalnya, universitas pemberi gelar diketahui tidak mempunyai murid di Amerika Serikat, dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga dari luar AS. Selain itu, universitas tersebut juga tidak menerima akreditasi dari pemerintah negara bagian Hawaii.

Rhoma IramaRaja dangdut Rhoma Irama (Foto: Instagram/rhoma_official)

4. Kontroversi

Sebagai publik figur, Rhoma juga pernah terlibat kontroversi, seperti pada 2003, saat dirinya mengkritik Inul Daratista dan menyebutnya sebagai penyanyi yang menjual goyangan erotis. Bahkan, Rhoma juga menentang keras peredaran album Inul berjudul "Goyang Inul" yang dirilis Blackboard pada akhir Mei 2003.

Selain itu, pada 2012, Rhoma juga pernah dikecam lantaran membawakan ceramah berbau SARA berkaitan dengan Pemilukada DKI Jakarta putaran ke-2 di sebuah masjid di Jakarta. Bahkan, kasus tersebut sempat bergulir hingga ke jalur hukum. Namun, Rhoma diputuskan tak bersalah.

Di tahun yang sama, namanya sempat menjadi sorotan kala menyatakan kesiapannya untuk maju sebagai calon presiden pada pemilu 2014. Kendati beberapa parpol mendukung keputusan tersebut, namun tak sedikit pula yang berkomentar negatif terkait keputusan tersebut.

Artis orbaRhoma Irama. (Foto : Uzone.id)

5. Penghargaan

Selama berkarier sebagai musisi dan aktor, Rhoma diketahui telah menciptakan hampir 100 lagu dan bermain di lebih dari 20 film.

Selain itu, Rhoma juga telah banyak mengantongi sejumlah penghargaan dan pengakuan dari dunia musik luar negeri, di antaranya namanya tercantum dalam majalah Entertainment sebagai The Indonesian Rocker pada pada 1992, menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Mr. Tanaka dari Life Record Jepang di Tokyo pada 1994, Pengaransemen Musik Terbaik lagu Euforia, TPI Awards tahun 2000, Lifetime Achievement Awards dan Anugerah Musik Indonesia pada 2001, serta Special Legend of Music dan Anugerah Music Indonesia RCTI pada 2002.

Tak hanya itu, pada 2007 Rhoma menyabet penghargaan sebagai “The South East Asia Superstar Legend” di Singapura, dan menerima penghargaan dari Museum Dunia Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori Raja Dangdut Indonesia.

Terbaru, dia diganjar Lifetime Achievement Awards (2017), Indonesian Dangdut Awards (2017), Muslim Choice Awards (2018), dan Anugerah Dangdut Indonesia (2019). 

6. Pendidikan

  1. SDN Kibono Manggarai, Jakarta
  2. SMP Pondok 1, Jakarta
  3. SMA Saint Joseph, Solo
  4. Universitas 17 Agustus, Jakarta. []

Baca juga:


Berita terkait
Profil Djoko Tjandra, Buron Kasus Bank Bali
Jaksa Agung ST Burhanuddin perintahkan jajaran untuk tangkap Djoko Sugiarto Tjandra yang telah buron bertahun-tahun.
Manggung Saat Pandemi, Rhoma Irama Klarifikasi
homa Irama akhirnya memberikan klarifikasi terkait keputusannya untuk tetap manggung di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Profil Ribka Tjiptaning, 'Aku Bangga Jadi Anak PKI'
Ribka Tjiptaning dengan berani mengaku bangga sebagai anak anggota Partai Komunis Indonesia.
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.